Thursday, 10 Oct 2024
  • Sekolah Pertama Menerapkan Agile Education Berbasis Kurikulum Aqil Baligh dan Fitrah
  • Sekolah Pertama Menerapkan Agile Education Berbasis Kurikulum Aqil Baligh dan Fitrah

Agile Education

Belajar perlu menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi para siswa, bukan justru menjadi momok menakutkan. Namun kondisi saat ini, tak jarang siswa yang malas bahkan takut untuk berangkat ke sekolah karena cara belajar yang dianggapnya membebani. Banyak siswa yang merasa dipaksa untuk meraih nilai tinggi seolah-olah nilai itulah yang akan menentukan seperti apa kesuksesan masa depannya. Padahal bisa jadi, mendapatkan nilai yang tinggipun tak berarti siswa benar-benar memahami apa yang sedang dipelajarinya. Hal ini sangat disayangkan karena menggeser tujuan belajar yang tadinya untuk mendapatkan ilmu, justru menjadi sekedar untuk mendapatkan nilai yang bagus.

Agile Education (EduAgility) di Flexi School mengimplementasikan agile manifesto dan prinsip agile yang dirangkum ke dalam 5 kompas edukasi kami, yaitu:

1. Responsibility for students above control by the teacher.
Fasilitator di Flexi School tidak mendikte siswa atas apa yang hendak dipelajari oleh siswa. Siswa dibiarkan memilih dan juga menentukan sendiri apa yang ingin mereka pelajari, sehingga siswa terlatih untuk memiliki rasa tanggung jawab akan pilihannya dan memiliki kemandirian selama proses pembelajaran.

2. Teamwork above individual excellence.
Menguasai suatu hal memang baik, namun dengan kerjasama tim dan saling berbagi pengetahuan dan ilmu yang dimiliki, suatu goals atau tujuan pembelajaran akan tercapai dengan hasil yang lebih cepat dan maksimal.

3. Feedback above grades.
Terpaku pada angka pada nilai dapat mempengaruhi tujuan belajar. Untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran, diperlukan feedback dua arah antara fasilitator dengan siswa maupun antar siswa. Feedback dilakukan dengan menekankan sifat clear dan respect.

4. Kaizen mindset above meeting standards.
Tidak hanya sekedar mencapai goals, baik siswa maupun fasilitator masing-masing terus memperbaiki diri dan melakukan improvement secara terus menerus agar membuahkan value yang lebih impactfull.

5. Responding to change above following a plan.
Semua yang terlibat dalam proses pembelajaran perlu mampu adaptif terhadap perubahan. Karena dalam proses belajar, bisa saja ditemukan suatu tantangan yang membutuhkan penyesuaian kondisi. Oleh karena itu baik siswa maupun fasilitator perlu fleksibel dan terus mencoba dan mencari hal baru yang dapat diterapkan sebagai alternatif atau solusi dari perubahan kondisi tersebut.

Melalui kelima kompas tersebut, pembelajaran di sekolah dapat dilakukan lebih sederhana namun dengan hasil yang optimal. Output dari pembelajaranpun bukan sekedar kuantitas hasil yang telah terselesaikan atau dicapai, namun berupa kualitas dan manfaat dari apa yang dicapai.

Pada sumber aslinya Agile Manifesto hanya terdiri hanya ada 4, yaitu:

1. Individuals and interactions over processes and tools.
2. Working software over comprehensive documentation.
3. Customer collaboration over contract negotiation.
4. Responding to change over following a plan.

Sedang kami mengambil sumber lain menjadi 5 seperti penjelasan dari sumber lain untuk disesuaikan dengan pendidikan.

Konsep pendidikan yang lincah dan cekatan (Agile Education) kami rangkum dalam sebuah video dibawah ini:

Lanjut kembali. Selain itu, padatnya jadwal belajar siswa di sekolah maupun luar sekolah (les atau kursus tambahan), membuat siswa kehabisan waktu untuk mengeksplorasi diri dan menggali lebih dalam mengenai potensi serta minat dan bakat mereka. Padahal mengetahui minat dan bakat pribadi tentunya akan menjadi poin plus untuk membantu mempersiapkan siswa menghadapi masa depannya. Tanpa mengetahui potensi diri serta minimnya self-awareness, dikhawatirkan siswa akan sulit menentukan tujuan pasca sekolahnya dan hanya akan menjalani masa depan berdasarkan formalitas siklus sekolah-kuliah-kerja tanpa memiliki cita-cita atau visi hidupnya sendiri.

Melihat berbagai situasi di atas, Flexi School hadir dengan konsep Agile Education yang merupakan pembelajaran adaptif dimana kegiatan edukasi dilakukan dengan menitikberatkan pembelajaran pada minat dan bakat siswa. Pendekatan edukasi yang dilakukan berorientasi pada potensi serta kebutuhan siswa. Siswa diberikan banyak kesempatan untuk lebih memahami dirinya sendiri hingga tidak hanya mengetahui tujuan hidup jangka pendek dan jangka panjang, namun juga dapat memberikan value pada tujuannya tersebut.

Agile Education dapat menjadi salah satu solusi untuk pendidikan yang memanusiakan manusia. Pendidikan yang memanusiakan manusia adalah pendidikan yang tidak kaku terikat pada sistem dimana pengajaran justru terfokus pada hal-hal administratif. Karena tak dapat kita pungkiri bahwa pendidikan masa kini sudah tidak terfokus pada tujuan transfer ilmu kepada siswa, namun pada capaian-capaian pengajaran saja. Maka, dengan pendidikan yang memanusiakan manusia, kami mencoba memahami bahwa siswa bukan sekedar subjek dan objek belajar di sekolah, namun juga merupakan seorang manusia yang memiliki kemampuan dan akan menjadi pemimpin nantinya. Masing-masing siswa pastinya memiliki value yang suatu saat nanti akan mereka kontribusikan pada dunia, dan kami berharap dapat membantu mereka memaksimalkan value yang akan dihasilkan kelak.

Melalui Agile Education, siswa dapat mempelajari hal apapun yang ingin mereka pelajari dengan cara belajar mereka sendiri. Mereka bisa memilih untuk belajar hal-hal di luar pelajaran akademis yang bagi mereka menarik untuk dipelajari ataupun yang akan mereka butuhkan untuk menunjang cita-cita atau visi mereka. Fasilitator dihadirkan sebagai teman belajar siswa yang membantu memotivasi dan dapat menjadi mentor atau coach dalam mempelajari life skill dan soft skill untuk menunjang kehidupan mereka. Kehadiran fasilitator bukan untuk mengajarkan sebagaimana guru pada umumnya, namun untuk menemani dan memfasilitasi siswa agar menjadi pribadi yang cerdas, dewasa, dan spiritual.

Kami tidak membatasi gedung sekolah maupun ruang kelas sebagai tempat belajar siswa karena ilmu bisa didapatkan dari mana saja. Eksplorasi dan pengalaman yang di dapatkan dari luar sekolah juga merupakan wawasan yang penting bagi siswa, sehingga kami juga terbuka apabila siswa menghendaki dirinya untuk belajar di luar sekolah. Selain itu, seperti apa yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa ‘semua tempat adalah sekolah, semua orang adalah guru’, maka kami memahami bahwa tidak hanya siswa yang sedang menempuh proses belajar, namun kita semua yang terlibat dalam ekosistem pendidikan termasuk fasilitator, orang tua, serta yayasan juga sedang belajar. Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa dalam proses pembelajaran, justru siswa lah yang justru memberikan wawasan baru kepada kita.

Dengan kebebasan belajar yang tetap terarah, siswa tidak akan lagi merasa terpaksa dan terbebani atas pelajaran yang dianggap mengikat namun kurang dibutuhkan oleh mereka. Siswa juga akan terbiasa dengan self learning dan self management yang kelak akan membantu mereka di dunia kerja atau kuliah nantinya. Meski demikian, pelajaran-pelajaran akademik tetap diajarkan sebagai dasar pengetahuan siswa. Agile Education juga dapat menjadi solusi akan kekhawatiran siswa dalam menghadapi penilaian belajar. Penilaian dalam Agile Education berupa asesmen yang akan disesuaikan dengan kapasitas masing-masing siswa. Karena kami menyadari bahwa tiap anak memiliki keunikannya masing-masing yang tak dapat disamaratakan dengan kemampuan siswa lainnya. Dalam asesmen kami, indikator penilaian tidak hanya pada hasil belajar, namun juga pada proses belajar yang selama ini dilalui oleh siswa.

Menariknya, atmosfer dan pembiasaan belajar dari Agile Education tidak hanya ditujukan bagi para siswa, namun fasilitator, yayasan, dan orang tua siswa juga dibiasakan untuk berkontribusi dalam prosesnya. Sehingga tidak hanya satu-dua pihak yang mendapatkan manfaat, namun semua pihak saling memberi manfaat satu sama lain, dan kebermanfaatan tersebut dapat dirasakan dari tiap kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah. Selain itu, outcome lain dari Agile Education ini juga untuk menumbuhkan mindset dan pribadi yang lebih agile dan adaptif dari tiap individu yang terlibat di dalamnya.