0812 1035 6374 info@flexi.sch.id

Menjalankan Praktik Coaching untuk Siswa SMP dan SMA di Flexi School dengan ORBIT Coaching Model

Oleh

Adm

Pendahuluan: Mengapa Coaching Penting bagi Siswa Remaja Saat Ini?

Di tengah dunia yang terus berubah dengan cepat, remaja masa kini menghadapi tantangan yang lebih kompleks dibandingkan generasi sebelumnya. Bukan hanya soal akademik yang padat dan persaingan untuk masuk ke universitas favorit, tetapi juga tekanan sosial dari media digital, pencarian jati diri, kecemasan masa depan, hingga relasi dengan keluarga dan teman. Banyak siswa yang tampak “baik-baik saja” secara lahiriah, namun sebenarnya sedang menyimpan kebingungan dan kelelahan emosional yang tidak tertangani.

Dalam situasi seperti ini, peran sekolah tak bisa lagi hanya sebagai tempat mentransfer ilmu pengetahuan. Sekolah perlu menjadi ruang yang mendorong pertumbuhan kesadaran diri, pemberdayaan potensi, dan pembelajaran tentang kehidupan nyata. Di sinilah coaching hadir sebagai pendekatan yang membedakan antara “mengajar” dan “menemani bertumbuh”.

Coaching bukanlah terapi, bukan pula mentoring atau konseling. Coaching adalah sebuah kemitraan berpikir antara fasilitator dan siswa (coachee) dalam sebuah percakapan yang terstruktur. Tujuannya bukan memberi jawaban, tetapi memunculkan kesadaran, mendorong pertanggungjawaban diri, serta membantu siswa menemukan solusinya sendiri secara reflektif.

Di Flexi School, kami percaya bahwa setiap siswa memiliki potensi yang luar biasa, bukan hanya untuk lulus ujian, tetapi untuk menjalani hidup yang bermakna. Coaching menjadi bagian penting dari proses pendidikan di Flexi, terutama bagi siswa SMP dan SMA yang sedang berada pada fase penting pembentukan jati diri, arah minat, dan nilai hidup.

Untuk mewujudkan coaching yang terarah, Flexi School menggunakan kerangka ORBIT Coaching Model yang dikembangkan oleh Asia Coach Indonesia. Model ini menjadi panduan praktis dan mendalam bagi para fasilitator dalam menjalankan sesi coaching baik secara personal maupun kelompok (group class). ORBIT juga dikembangkan sesuai standar International Coaching Federation (ICF) yang menjunjung tinggi etika, profesionalisme, dan keefektifan dalam proses coaching.

Dalam praktiknya, coaching di Flexi bukan sekadar aktivitas tambahan. Ia adalah jantung dari proses pendidikan yang memanusiakan. Siswa tidak hanya ditanya, tapi didengar. Mereka tidak hanya dituntut, tapi diberdayakan. Mereka tidak hanya diajak untuk mencapai target, tapi untuk menyadari makna di baliknya.

Artikel ini akan mengupas secara lengkap:

  • bagaimana ORBIT Coaching Model bekerja,
  • bagaimana fasilitator dapat menerapkannya untuk siswa secara personal dan kelompok,
  • serta bagaimana coaching menjadi alat pendidikan reflektif yang membentuk siswa lebih sadar, kuat, dan bertumbuh.

Mari kita mulai perjalanan coaching ini dari mengenal apa itu ORBIT dan bagaimana ia membawa siswa pada versi terbaik dirinya, dengan langkah-langkah kecil, sadar, dan bermakna.


II. Prinsip Coaching Berdasarkan ICF

Agar coaching benar-benar berdampak bagi perkembangan siswa, praktik ini tidak bisa dijalankan secara sembarangan. Coaching memerlukan fondasi profesional yang jelas, etis, dan terstruktur. Untuk itu, Flexi School mengacu pada standar ICF – International Coaching Federation, lembaga internasional terkemuka dalam pengembangan profesi coaching.

A. Apa Itu Coaching Menurut ICF?

ICF mendefinisikan coaching sebagai:

“Kemitraan bersama klien dalam proses yang menstimulasi pikiran dan kreativitas untuk memaksimalkan potensi personal dan profesional.”

Dalam konteks pendidikan, klien adalah siswa. Coach atau fasilitator bukanlah “ahli yang memberi solusi”, melainkan rekan berpikir yang mengajukan pertanyaan kuat, mendengar secara aktif, dan mendorong siswa untuk menemukan sendiri kekuatan dan langkahnya.

B. Nilai-Nilai Coaching yang Dipegang dalam ICF

Terdapat empat nilai utama coaching menurut ICF yang sangat relevan untuk diterapkan di lingkungan sekolah, yaitu:

  1. Kemitraan (Partnership)
    Coaching bukan hubungan atas–bawah. Fasilitator bukan guru yang menggurui, tetapi partner belajar yang setara dengan siswa dalam eksplorasi tujuan dan makna.
  2. Pemikiran Kritis dan Kreatif (Thought-Provoking)
    Sesi coaching didesain agar siswa berpikir mendalam, menggali sudut pandang baru, dan menemukan ide-ide segar dari dirinya sendiri.
  3. Potensi (Maximize Potential)
    Fokus coaching bukan menyelesaikan masalah jangka pendek, tetapi menggali potensi tersembunyi dalam diri siswa, termasuk aspek emosional, spiritual, dan sosial.
  4. Tujuan Personal dan Profesional (Goal-Oriented)
    Coaching membantu siswa untuk tidak sekadar menyelesaikan tugas, tapi menjalani hidupnya dengan arah yang jelas dan terarah sesuai nilai-nilai pribadi.

C. Kompetensi Inti Coaching Menurut ICF

Flexi School melatih para fasilitator untuk memiliki kompetensi coaching sesuai standar ICF, antara lain:

  1. Membangun Kepercayaan dan Keintiman
    Sesi coaching dimulai dari rasa aman dan nyaman agar siswa terbuka tanpa takut dihakimi.
  2. Kehadiran Penuh (Coaching Presence)
    Fasilitator hadir secara utuh, menyimak, tidak multitasking, dan fokus pada dinamika percakapan.
  3. Mendengar Secara Aktif (Active Listening)
    Bukan sekadar mendengar isi kata, tapi juga mendengar nilai, emosi, dan makna di balik ucapan siswa.
  4. Mengajukan Pertanyaan Kuat (Powerful Questioning)
    Pertanyaan tidak hanya menjawab “apa” dan “mengapa”, tapi mengundang siswa berpikir reflektif dan mendalam: “Apa yang kamu pelajari dari pengalaman ini?”
  5. Membangun Kesadaran (Creating Awareness)
    Proses coaching menuntun siswa untuk menyadari siapa dirinya, apa yang penting, dan bagaimana melangkah lebih sadar.
  6. Merancang Tindakan dan Akuntabilitas
    Coaching menutup sesi dengan langkah konkret, bukan sekadar refleksi. Siswa diajak membuat mini-action yang realistis.

D. Etika Coaching dalam Lingkup Sekolah

Berbeda dengan dunia profesional dewasa, coaching untuk remaja memiliki karakteristik khusus yang perlu dipegang:

  • Kerahasiaan dijaga, kecuali membahayakan diri sendiri atau orang lain.
  • Fasilitator tidak memaksakan nilai atau solusi pribadi kepada siswa.
  • Tidak menyamaratakan hasil coaching, setiap anak memiliki keunikan.
  • Memastikan coaching bukan alat manipulasi, tapi refleksi dan pertumbuhan.

Dengan memahami fondasi ini, coaching tidak menjadi sekadar tren, melainkan bagian penting dari transformasi pendidikan. ICF memberi panduan agar setiap sesi coaching benar-benar menjadi ruang yang aman, reflektif, dan memberdayakan siswa.

Selanjutnya, kita akan masuk pada bagian inti yaitu mengenal secara mendalam ORBIT Coaching Model, kerangka kerja coaching berbasis sumber daya yang digunakan di Flexi School untuk mendampingi siswa menemukan arah dan bertumbuh dari dalam dirinya.


III. Mengenal ORBIT Coaching Model Secara Mendalam

Di Flexi School, coaching bukanlah kegiatan tambahan yang hanya dilakukan saat siswa mengalami masalah. Coaching adalah bagian dari kultur pembelajaran yang reflektif, terstruktur, dan berkelanjutan. Untuk mendukung hal ini, kami menggunakan pendekatan ORBIT Coaching Model, framework yang dikembangkan oleh Asia Coach Indonesia dan telah digunakan dalam berbagai setting pendidikan dan organisasi.

ORBIT adalah akronim dari lima tahapan proses coaching yang fokus pada pencapaian tujuan melalui kesadaran diri dan pemberdayaan potensi:

O – Outcome
R – Resources
B – Brainstorming
I – Integration
T – Tracking

Berikut adalah penjelasan mendalam setiap tahap dalam ORBIT Coaching Model, disertai prinsip, pertanyaan, dan penerapannya dalam konteks siswa:

O – Outcome: Menentukan Tujuan yang Bermakna

Pada tahap ini, fasilitator membantu siswa menentukan apa yang sebenarnya ingin mereka capai. Tujuan ini bukan berasal dari luar (guru, orang tua, sistem), tetapi dari dalam diri siswa. Pendekatan yang digunakan adalah STEVIA:

  • S – Specific: Jelas dan terukur, bukan abstrak
  • T – Timely: Ada batas waktu pencapaian
  • E – Ecology: Tujuan tersebut selaras dengan nilai pribadi dan tidak merugikan lingkungan relasi
  • V – VAK: Visual, Auditory, Kinesthetic – siswa dapat membayangkan, merasakan, atau mendengar keberhasilan
  • I – In Control: Tujuan berada dalam kendali siswa, bukan bergantung pada orang lain
  • A – Agreement: Ada kesepakatan antara coach dan coachee atas tujuan ini

Contoh pertanyaan di tahap Outcome:

  • “Apa hal penting yang ingin kamu capai saat ini?”
  • “Apa dampak positifnya jika itu tercapai?”
  • “Bagaimana kamu tahu bahwa kamu sudah berhasil?”

Dalam konteks siswa, outcome bisa sesederhana:

“Saya ingin lebih disiplin mengerjakan tugas tanpa perlu dimarahi.”
atau
“Saya ingin tahu apa sebenarnya minat saya sebelum naik ke SMA.”

R – Resources: Menggali Kekuatan dan Dukungan

Tahap ini berfokus pada menggali apa saja yang siswa miliki atau bisa akses untuk mendukung pencapaian tujuan mereka. Sumber daya bisa bersifat internal (nilai, karakter, pengalaman) maupun eksternal (teman, keluarga, alat bantu, lingkungan).

Contoh pertanyaan:

  • “Apa saja kekuatan yang kamu miliki untuk mencapai tujuan ini?”
  • “Siapa yang bisa mendukungmu, dan bagaimana kamu akan melibatkan mereka?”
  • “Apa yang sudah berhasil kamu lakukan sebelumnya yang bisa digunakan lagi sekarang?”

Siswa sering kali tidak sadar bahwa mereka punya resources yang kuat. Contohnya, keuletan, kesukaan mencatat, atau bahkan hobi menggambar bisa menjadi modal besar saat mereka ingin membangun kebiasaan belajar yang lebih baik.

B – Brainstorming: Mengeksplorasi Cara Baru

Pada tahap ini, fasilitator mendorong siswa berpikir lebih luas: apa yang perlu diubah, ditinggalkan, ditambahkan, atau dilakukan untuk mendekat pada tujuan. Brainstorming dilakukan tanpa menghakimi ide, sebanyak mungkin ide dituangkan.

Contoh pertanyaan:

  • “Apa yang perlu kamu ubah untuk mencapai tujuanmu?”
  • “Kebiasaan lama apa yang perlu ditinggalkan?”
  • “Apa kebiasaan baru yang bisa kamu mulai?”
  • “Apa saja kemungkinan solusi yang bisa kamu coba minggu ini?”

Sesi ini sangat cocok jika dibarengi dengan visual seperti mindmap, sticky notes, atau canvas sederhana. Tujuannya bukan langsung mengeksekusi, tetapi membuka kemungkinan.

I – Integration: Menyusun Langkah Nyata dan Komitmen

Setelah ide-ide terkumpul, fasilitator dan siswa mulai menyusun langkah-langkah nyata yang akan diambil. Tahap ini juga mencakup pencarian makna dan kesadaran baru dari proses coaching. Ini penting agar siswa tidak hanya bergerak karena “disuruh”, tapi karena “ingin”.

Contoh pertanyaan:

  • “Apa kesadaran baru yang kamu dapatkan dari percakapan ini?”
  • “Apa satu langkah terbaik yang kamu akan lakukan mulai besok?”
  • “Seberapa yakin kamu untuk melakukannya (skala 1–10)?”
  • “Apa yang akan kamu lakukan jika mulai kehilangan semangat?”

Fasilitator membantu siswa memilih one small step, langkah kecil yang sederhana, tetapi membuat mereka merasa “bergerak”.

T – Tracking: Monitoring dan Evaluasi Mandiri

Langkah terakhir ini adalah penentu apakah coaching benar-benar berdampak atau tidak. Siswa diajak untuk memikirkan:

  • Bagaimana cara memantau langkahnya?
  • Bagaimana jika gagal atau lupa?
  • Siapa yang akan menjadi pengingat atau partner akuntabilitas?

Beberapa tools sederhana yang digunakan di Flexi:

  • To-do list
  • Habit tracker harian
  • Jurnal refleksi mingguan
  • Monitoring mingguan via refleksi grup

Contoh pertanyaan:

  • “Apa indikator keberhasilan langkahmu?”
  • “Bagaimana kamu memantau kemajuanmu?”
  • “Apa hadiah kecil yang kamu siapkan jika berhasil?”

Tracking juga menjadi pintu masuk sesi coaching selanjutnya. Jika langkah belum tercapai, bukan berarti gagal, tetapi jadi bahan refleksi baru.

Penutup Tahap ORBIT

ORBIT bukan sekadar akronim, tapi struktur percakapan yang hidup. Ia fleksibel digunakan dalam coaching personal maupun kelas. ORBIT membuat proses coaching:

  • Tidak mengambang
  • Tidak terjebak nasihat sepihak
  • Memberi arah dan rasa memiliki bagi siswa

Di Flexi School, para fasilitator menggunakan ORBIT secara berulang, tidak terburu-buru. Satu tahapan bisa didalami dalam satu sesi penuh, tergantung kesiapan siswa. Dengan pendekatan ini, siswa bukan hanya mengembangkan solusi, tapi juga mengembangkan dirinya.

Selanjutnya, kita akan membahas bagaimana ORBIT Coaching Model ini diterapkan secara konkret dalam dua bentuk: coaching personal dan coaching kelompok (group class) di lingkungan Flexi School. Keduanya memiliki pendekatan yang berbeda, namun tetap menggunakan pondasi yang sama.


IV. Praktik Coaching Personal Siswa di Flexi School

Coaching personal di Flexi School adalah ruang aman dan reflektif bagi siswa untuk mengeksplorasi dirinya secara lebih dalam. Melalui pendekatan satu-satu antara fasilitator (coach) dan siswa (coachee), sesi ini dirancang untuk membantu siswa menghadapi berbagai persoalan personal yang mereka alami, sekaligus membangun kesadaran akan potensi diri dan tujuan hidup mereka.

Topik coaching bisa sangat beragam, tergantung kebutuhan dan fase kehidupan siswa. Beberapa di antaranya mencakup:

  • Menentukan pilihan studi lanjutan: SMA, jurusan kuliah, atau minat belajar lainnya.
  • Menata arah karir masa depan: sesuai potensi, nilai hidup, dan kekuatan pribadi.
  • Menghadapi konflik pribadi: seperti tekanan keluarga, konflik teman, atau overthinking.
  • Mengembangkan keterampilan hidup: seperti disiplin, manajemen waktu, atau kepercayaan diri.

Coaching personal bukan untuk “menyelesaikan masalah siswa” secara instan, melainkan membantu mereka mengenali tantangan yang sedang dihadapi, menemukan kekuatan dari dalam, serta menyusun langkah nyata secara sadar dan bertanggung jawab. Semua itu dijalankan dengan kerangka ORBIT yang telah dijelaskan sebelumnya.

4.A Proses Sesi Coaching Personal

Sesi coaching personal di Flexi School berlangsung dalam suasana yang tenang, aman, dan bersifat rahasia. Fasilitator (coach) tidak memposisikan diri sebagai pengajar atau penilai, melainkan sebagai partner berpikir yang hadir sepenuh hati untuk menemani siswa menggali dirinya sendiri. Tujuan utamanya bukan memberi solusi, tetapi memunculkan insight, arah, dan langkah konkret yang datang dari dalam diri siswa.

1. Persiapan Sesi Coaching

Sesi coaching tidak bisa berjalan efektif tanpa persiapan matang, baik dari sisi fasilitator maupun siswa.

a. Persiapan Fasilitator:

  • Menentukan waktu dan ruang coaching yang aman dan kondusif (privasi terjaga, tidak bising, nyaman)
  • Membuka ruang rasa percaya dengan metode MERCURY:
    • Greeting: menyapa dengan tulus
    • Safety: menciptakan rasa aman
    • Empathy: hadir dengan niat mendengar
    • 3V: verbal, vocal, visual, menyesuaikan nada, bahasa tubuh, dan kata
    • Ask Permission: meminta izin sebelum membahas hal sensitif
    • Common Ground: membangun kesamaan dan kenyamanan

b. Persiapan Siswa:

  • Memberi tahu bahwa coaching bukan sesi evaluasi, tidak dinilai benar-salah
  • Mengajak siswa hadir secara jujur dan terbuka
  • Menekankan bahwa semua isi sesi bersifat rahasia, kecuali jika membahayakan diri/lingkungan

2. Pembuka Sesi (Building Trust & Clarifying Purpose)

  • Sesi dimulai dengan pertanyaan ringan: “Apa kabar kamu hari ini?”
    “Ada hal tertentu yang sedang ingin kamu bicarakan?”
  • Fasilitator memperjelas tujuan sesi: “Hari ini kita akan ngobrol dengan struktur ORBIT. Fokusnya bukan pada solusi dari saya, tapi bagaimana kamu menemukan langkah terbaikmu sendiri.”

3. Inti Sesi: Proses Coaching dengan Model ORBIT

a. O – Outcome

  • Siswa diajak menentukan tujuan spesifik sesi.
  • Contoh pertanyaan: “Kalau hari ini sesi coaching selesai, hal terbaik apa yang ingin kamu bawa pulang dari percakapan ini?”
    “Apa yang ingin kamu capai dalam 1 bulan ke depan?”

b. R – Resources

  • Menggali kekuatan, dukungan, pengalaman yang relevan.
  • Contoh pertanyaan: “Kekuatan apa yang kamu punya dan bisa kamu pakai untuk mencapai itu?”
    “Siapa saja yang bisa bantu kamu?”

c. B – Brainstorming

  • Mengeksplorasi kebiasaan lama dan cara baru yang bisa dicoba.
  • Contoh pertanyaan: “Apa yang bisa kamu tinggalkan?”
    “Kebiasaan baru apa yang ingin kamu mulai minggu ini?”

d. I – Integration

  • Menyusun langkah nyata dan kesadaran baru.
  • Contoh pertanyaan: “Apa satu hal yang kamu pelajari tentang dirimu hari ini?”
    “Langkah kecil apa yang benar-benar akan kamu lakukan?”

e. T – Tracking

  • Menentukan cara monitoring mandiri dan akuntabilitas.
  • Contoh pertanyaan: “Gimana kamu tahu bahwa kamu sedang bergerak maju?”
    “Siapa yang bisa kamu ajak jadi partner pengingat?”

4. Penutup dan Refleksi Akhir

Sesi coaching tidak ditutup secara buru-buru. Penutup mencakup tiga elemen penting:

  • Check-out rasa: “Apa yang kamu rasakan sekarang setelah sesi ini?”
  • Evaluasi kebermanfaatan sesi (skala 1–10): “Seberapa bermanfaat sesi hari ini untukmu?”
  • Celebration dan afirmasi: “Saya senang bisa mendengar kamu dan belajar darimu hari ini. Kamu sudah membuat langkah awal yang sangat bagus.”

5. Durasi Ideal Sesi Coaching Personal

  • Rata-rata berlangsung 30–45 menit
  • Bisa lebih pendek (20 menit) untuk sesi ringan, atau lebih panjang (60 menit) untuk kasus mendalam
  • Sesi lanjutan dapat dijadwalkan sesuai kebutuhan siswa

4.B Contoh Kasus Personal Coaching

Agar proses coaching personal di Flexi School lebih mudah dipahami dan direplikasi oleh fasilitator lain, berikut adalah simulasi nyata sesi coaching personal dengan menggunakan struktur ORBIT Coaching Model.

Simulasi ini menggambarkan bagaimana fasilitator mendampingi seorang siswa SMP kelas 9 yang sedang mengalami penurunan motivasi belajar dan merasa bingung dalam menentukan arah setelah lulus.

Profil Kasus

  • Nama siswa: R (disamarkan)
  • Usia: 15 tahun
  • Topik coaching: Kehilangan semangat belajar dan belum tahu mau lanjut ke SMA atau ke jalur lain
  • Durasi sesi: 45 menit
  • Waktu sesi: Setelah jam sekolah, di ruang terbuka tenang di area Flexi School

Tahap 1: Outcome (Menentukan Tujuan)

Fasilitator mengawali sesi dengan membangun trust menggunakan pendekatan MERCURY, lalu mengajukan pertanyaan pembuka:

Coach: “Apa hal terbaik yang kamu harapkan terjadi setelah percakapan kita hari ini?”
R: “Saya pengen tahu kenapa saya akhir-akhir ini malas belajar. Saya juga bingung mau masuk SMA atau ngapain nanti.”

Fasilitator membantu menyusun outcome dengan menggunakan format STEVIA:

  • Specific: Menemukan penyebab rasa malas dan opsi yang sesuai untuk kelanjutan belajar
  • Timely: Dalam 1 bulan ke depan ingin mulai punya arah
  • Ecology: Arah pilihan ini tidak membuatnya stres berlebihan dan sesuai minat
  • VAK: Membayangkan dirinya semangat mengerjakan sesuatu yang ia sukai
  • In-Control: Sadar bahwa keputusan bisa dipertimbangkan sendiri
  • Agreement: Disepakati sebagai fokus sesi hari itu

Tahap 2: Resources (Menggali Kekuatan dan Dukungan)

Coach: “Kalau kamu ingat, dalam hidupmu pernah enggak sih kamu semangat banget belajar sesuatu?”
R: “Dulu waktu ada proyek bikin komik digital. Saya senang banget ngulik efek dan cerita.”

Fasilitator melanjutkan:

“Kalau kamu bisa semangat waktu itu, artinya kamu sebenarnya bisa fokus kalau topiknya sesuai ya?”

R: “Iya… saya suka bikin konten visual.”

Melalui eksplorasi ini, R mulai menyadari bahwa dirinya punya kekuatan di kreativitas visual. Fasilitator juga bertanya:

“Siapa yang bisa bantu kamu menggali minat ini lebih jauh?”

R: “Mungkin Kak Arif yang pernah ajar kelas digital design. Dia keren.”

Tahap 3: Brainstorming (Eksplorasi Cara Baru)

Fasilitator membantu R mengeksplorasi pilihan:

“Kalau kamu ingin mulai semangat lagi, apa yang perlu kamu ubah?”

R: “Kayaknya saya perlu belajar hal yang saya suka dulu, bukan cuma fokus ke soal ujian.”

Coach: “Apa kebiasaan lama yang bikin kamu makin malas?”

R: “Scroll TikTok sampai jam 1 malam…”

Lalu brainstorming diarahkan ke cara-cara baru:

“Kebiasaan baru apa yang ingin kamu coba minggu ini?”

R: “Coba mulai dari bikin ulang portofolio digital saya. Dan batasi TikTok 1 jam aja.”

Tahap 4: Integration (Kesadaran & Komitmen)

Fasilitator menanyakan:

“Dari semua yang kita bicarakan, apa kesadaran paling penting yang kamu dapat?”

R: “Saya ternyata masih bisa semangat… asal yang saya pelajari itu relate sama minat saya.”

Coach: “Langkah apa yang benar-benar akan kamu ambil mulai besok?”

R: “Buat satu konten digital 2 slide untuk portofolio. Dan ngobrol sama Kak Arif hari Jumat.”

Coach: “Kalau kamu nilai komitmenmu di skala 1 sampai 10, berapa nilainya?”

R: “8.”

Coach: “Kalau jadi 6 atau 5, kamu akan ngapain?”

R: “Saya akan buka ulang hasil sesi ini di jurnal coaching saya.”

Tahap 5: Tracking (Pemantauan dan Tindak Lanjut)

Coach: “Gimana kamu tahu kamu sedang bergerak maju?”

R: “Kalau saya sudah bisa buat konten pertama minggu ini.”

Coach: “Mau siapa yang bantu kamu stay on track?”

R: “Saya bisa minta Kak Arif cek portofolio saya, dan saya update lewat chat.”

Fasilitator menyarankan R untuk menggunakan habit tracker sederhana yang dibagikan sebelumnya.

Penutup dan Refleksi Akhir

Coach: “Setelah percakapan ini, gimana perasaan kamu?”
R: “Lebih lega. Dan sekarang saya punya arah, enggak sesesak tadi.”
Coach: “Terima kasih sudah terbuka. Langkah kecilmu ini sudah menunjukkan kamu punya kendali atas hidupmu.”

Catatan Fasilitator (Internal)

  • Outcome: Memahami penyebab kehilangan semangat dan mengeksplorasi jalur belajar yang sesuai
  • Langkah yang disepakati: Bikin konten digital & konsultasi dengan mentor
  • Komitmen: Skor 8 dari 10
  • Tindak lanjut: Cek progress dalam 1 minggu, pantau habit tracker
  • Catatan tambahan: Sangat responsif jika dihubungkan dengan minat kreatif

Melalui contoh ini, terlihat bahwa coaching bukanlah tentang memberi nasihat, tapi memfasilitasi siswa untuk menemukan arah, menyusun langkah kecil, dan bergerak dari kesadaran diri. Dalam konteks Flexi School, inilah esensi pendidikan yang memanusiakan: bukan sekadar mencetak siswa pintar, tapi membentuk individu sadar dan bertanggung jawab atas masa depannya.

V. Praktik Group Coaching di Kelas

Selain coaching personal, Flexi School juga menerapkan group coaching di kelas sebagai bagian dari budaya reflektif yang melibatkan seluruh komunitas belajar. Berbeda dengan sesi individual yang lebih mendalam secara personal, coaching kelompok mendorong kesadaran kolektif, kolaborasi, dan penguatan dinamika kelas secara sehat.

Group coaching difasilitasi oleh coach atau wali kelas untuk membantu siswa:

Topik dalam group coaching bisa beragam, mulai dari membahas distraksi belajar, konflik antar teman, hingga menyusun visi dan budaya kelas. Proses ini tetap menggunakan struktur ORBIT Coaching Model, namun disesuaikan untuk format kelompok.

5.A Tujuan Group Coaching

Group coaching di kelas Flexi School bukan hanya sekadar diskusi kelompok biasa, tetapi merupakan proses sadar dan terstruktur untuk membangun kesadaran bersama, menyusun solusi kolektif, dan memperkuat budaya kelas. Dalam pendekatan ini, seluruh siswa dilibatkan secara aktif sebagai coachee kolektif yang dipandu oleh fasilitator menggunakan model ORBIT.

Tujuan utama group coaching adalah:

1. Menumbuhkan kesadaran kolektif siswa

Coaching kelompok membantu siswa menyadari bahwa tantangan yang mereka alami seringkali dialami juga oleh teman-teman lain. Ini mendorong empati, keterbukaan, dan saling memahami dalam komunitas belajar.

Contoh kasus:

“Banyak siswa merasa tertekan menjelang ujian. Sesi group coaching digunakan untuk mengeksplorasi cara bersama mengelola stres ujian.”

2. Mengatasi masalah kelas secara kolaboratif

Group coaching menjadi ruang untuk membahas isu nyata yang muncul di kelas, mulai dari kebiasaan terlambat, konflik antarteman, tidak disiplin saat belajar kelompok, hingga kurangnya komunikasi antar siswa dan fasilitator.

Contoh kasus:

“Kelas X merasa kurang kompak dalam proyek akhir. Lewat group coaching, mereka saling menyampaikan harapan dan menyusun langkah perbaikan.”

3. Mendukung proses belajar akademik dan pengembangan lifeskill

Sesi coaching kelompok dapat digunakan untuk mengevaluasi metode belajar bersama, berbagi strategi belajar, serta menyusun komitmen agar kelas tetap fokus dan bertumbuh, bukan hanya secara kognitif, tapi juga secara keterampilan hidup (lifeskill).

Contoh kasus:

“Setelah banyak siswa merasa tidak fokus belajar matematika, fasilitator memfasilitasi group coaching untuk mengeksplorasi strategi belajar baru yang cocok untuk semua.”

4. Menyelaraskan kerja tim dalam proyek bersama

Dalam proyek kolaboratif, coaching kelompok penting untuk menyamakan visi, menyusun kesepakatan kerja, dan mengevaluasi dinamika tim. Ini membangun tanggung jawab, komunikasi terbuka, dan refleksi terhadap peran masing-masing anggota.

Contoh kasus:

“Sebelum proyek bisnis dimulai, kelas difasilitasi sesi coaching untuk menyepakati nilai-nilai kerja tim yang ingin dibawa.”

5. Membangun budaya kelas yang sehat dan suportif

Group coaching digunakan sebagai sarana untuk membentuk kesepakatan nilai-nilai kelas, seperti saling menghargai, jujur, bertanggung jawab, dan terbuka terhadap masukan. Ini menjadi pondasi budaya belajar yang kuat dan berdaya.

Secara keseluruhan, group coaching bukan hanya sesi ngobrol bareng, tapi ruang untuk membangun komunitas belajar yang lebih sadar, terhubung, dan saling menguatkan. Proses ini sangat relevan dengan kebutuhan remaja masa kini, yang tidak hanya butuh guru untuk mengajar, tapi juga tim untuk tumbuh bersama.

5.B Struktur Sesi Group Class Coaching

Coaching kelompok di Flexi School bukan sesi formal satu arah seperti ceramah. Sesi ini bersifat reflektif, terbuka, dan dipandu oleh fasilitator dengan pendekatan coaching murni: bertanya, menggali, dan mengajak berpikir bersama, bukan menggurui.

Meskipun dilakukan dalam kelompok, esensinya tetap sama dengan coaching personal, yaitu mengembangkan kesadaran, menemukan solusi dari dalam kelompok, dan menyusun langkah konkret melalui struktur ORBIT Coaching Model.

Berikut struktur lengkap pelaksanaan sesi group coaching di kelas:

1. Persiapan Sebelum Sesi

a. Penentuan topik

  • Berdasarkan kebutuhan kelas (hasil observasi, masukan siswa, evaluasi mingguan)
  • Bisa seputar akademik, proyek, etika, atau relasi sosial

b. Penyiapan ruang

  • Idealnya berbentuk lingkaran atau U-shape agar semua siswa saling memandang
  • Tempat tenang dan tidak terganggu

c. Aturan dasar yang disepakati bersama (Coaching Agreement)

  • Confidentiality: tidak menyebarkan cerita pribadi keluar ruang coaching
  • Respect: tidak memotong, tidak menertawakan
  • Participation: semua boleh bicara, tapi tidak dipaksa

2. Pembukaan Sesi (5–10 menit)

a. Ice breaking atau energizer singkat
Tujuannya mencairkan suasana dan membuat semua peserta siap secara emosional.

b. Clarifying purpose

“Hari ini kita akan melakukan sesi coaching bersama. Ini bukan tempat untuk dihakimi atau diceramahi, tapi ruang aman untuk mencari solusi bareng.”

c. Set ground rule ulang jika perlu

“Ingat ya, kita semua punya suara, dan kita saling jaga kenyamanan di ruangan ini.”

3. Proses Coaching (25–35 menit)

Dipandu oleh fasilitator menggunakan tahapan ORBIT, dengan alur partisipatif dan eksploratif.

O – Outcome (Tujuan bersama kelas)

Fasilitator mengajak kelas menentukan tantangan/harapan yang ingin dibahas:

  • “Apa yang sedang kita rasakan bersama sebagai kelas akhir-akhir ini?”
  • “Apa yang ingin kita perbaiki atau capai bersama?”

Contoh jawaban siswa:

“Kita sering ribut saat belajar.”
“Tugas kelompok sering nggak adil pembagiannya.”
“Banyak yang susah fokus karena HP.”

Fasilitator merangkum dan mengarahkan satu tujuan utama yang disepakati kelas untuk dibahas.

R – Resources (Kekuatan kelas yang bisa dimanfaatkan)

Fasilitator mengajak siswa mengenali kekuatan dan nilai positif di kelas:

  • “Apa kekuatan kita sebagai tim atau komunitas belajar?”
  • “Kebiasaan baik apa yang pernah berhasil kita lakukan?”

Contoh respons siswa:

“Kita pernah kerja bareng bikin proyek seni yang sukses.”
“Kalau bikin aturan bareng, biasanya semua nurut.”

B – Brainstorming (Mengeksplorasi Solusi dan Ide)

Fasilitator membuka ruang bagi siswa menyampaikan ide tanpa interupsi:

  • “Kalau kita ingin berubah, apa yang perlu kita tinggalkan atau ubah?”
  • “Kebiasaan baru apa yang ingin kita bangun bersama?”

Gunakan papan tulis, sticky notes, atau mindmap untuk mencatat semua ide yang muncul, tanpa disaring terlebih dahulu.

I – Integration (Langkah & Komitmen Bersama)

Siswa diajak menyusun langkah nyata yang bisa dijalankan minggu ini:

  • “Dari semua ide tadi, mana yang realistis kita mulai duluan?”
  • “Apa satu komitmen kecil yang bisa kita jalankan bareng-bareng?”

Contoh:

“Semua siswa menyepakati 10 menit awal setiap pelajaran bebas dari HP.”
“Siapapun yang memotong pembicaraan wajib minta maaf dan dengarkan ulang.”

Siswa juga diminta menyebut level komitmen skala 1–10 dan membahas antisipasi jika komitmen mulai melemah.

T – Tracking (Monitoring dan Evaluasi Mingguan)

Siswa dan fasilitator bersama menentukan:

  • Siapa yang akan jadi reminder buddy atau pengingat kelas?
  • Kapan refleksi ulang akan dilakukan?
  • Bagaimana jika ada yang melanggar?

Contoh:

“Setiap Jumat, kita akan refleksi singkat 10 menit tentang kesepakatan ini.”
“Pelanggaran cukup diingatkan satu kali dengan bahasa baik, tanpa emosi.”

4. Penutup Sesi (5–10 menit)

a. Sharing insight secara sukarela

“Apa satu hal yang kamu pelajari atau sadari dari sesi hari ini?”

b. Feeling check-out

“Bagaimana perasaanmu setelah sesi ini?”

c. Afirmasi kelas

  • Fasilitator menguatkan proses dan komitmen siswa, bukan hasilnya.

“Kalian sudah luar biasa karena bisa terbuka, jujur, dan mencari solusi bareng. Ini bukan hal yang mudah, tapi kalian berhasil melakukannya.”

Format Catatan Fasilitator untuk Group Coaching

Berikut format yang digunakan fasilitator untuk mencatat hasil sesi coaching kelompok (internal):

📋 FORMAT CATATAN GROUP COACHING – FLEXI SCHOOL

  • Tanggal:
  • Kelas/Grup:
  • Nama fasilitator:
  • Topik utama:
  • Tujuan yang disepakati (Outcome):
  • Kekuatan atau potensi kelas (Resources):
  • Ide dan solusi yang muncul (Brainstorming):
  • Komitmen dan langkah nyata (Integration):
  • Strategi monitoring yang disepakati (Tracking):
  • Level partisipasi siswa (skala 1–10):
  • Refleksi akhir siswa (kutipan atau insight):
  • Rencana tindak lanjut:
  • Catatan khusus fasilitator:

Dengan struktur ini, fasilitator dapat memastikan sesi group coaching tetap berjalan secara sistematis, inklusif, dan bermakna. Catatan ini bukan untuk menilai siswa, tapi sebagai refleksi dan alat untuk memantau pertumbuhan kelas secara keseluruhan.

5.C Contoh Tema Group Coaching

Sesi group coaching di kelas bukan hanya membahas masalah interpersonal atau kedisiplinan, tetapi juga dapat diarahkan untuk menyusun strategi pencapaian tujuan besar bersama. Berikut dua contoh tema nyata yang sering muncul di Flexi School dan relevan dengan konteks remaja saat ini, lengkap dengan integrasi ke dalam proyek kelompok berbasis Scrum.

Contoh 1: Bagaimana Cara Agar Bisa Eksplorasi Survival ke Luar Negeri dengan Biaya yang Cukup Mahal?

Konteks:
Siswa SMP/SMA Flexi ingin melakukan program eksplorasi ke luar negeri (misalnya Jepang, Turki, atau Malaysia) untuk pengalaman survival, budaya, dan penguatan kemandirian. Namun tantangan utamanya adalah biaya yang tinggi dan belum adanya sistem pendanaan mandiri dari siswa.

Tujuan Group Coaching (Outcome):
Menemukan strategi realistis agar kelas bisa mewujudkan eksplorasi ke luar negeri, meskipun dengan keterbatasan dana.

Struktur Coaching dengan ORBIT:

🟠 O – Outcome

“Apa yang sebenarnya ingin kita capai sebagai kelas?”
Siswa menjawab: “Bisa ke luar negeri bersama teman-teman untuk belajar hal baru dan menguji diri.”

Fasilitator membantu menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, dan in-control, misalnya:

  • Negara tujuan
  • Waktu pelaksanaan
  • Skema biaya yang memungkinkan
  • Target kontribusi dana mandiri dari siswa

🟡 R – Resources

“Apa kekuatan kita sebagai kelas yang bisa mendukung mimpi ini?”

Jawaban yang muncul:

  • Beberapa siswa jago desain, bisa bikin produk digital
  • Ada yang bisa buat konten video
  • Satu kelompok pernah ikut program beasiswa pelajar
  • Sudah pernah bikin campaign kecil waktu Ramadan

🟢 B – Brainstorming

“Kalau kita ingin pergi ke luar negeri, apa yang bisa kita lakukan untuk mewujudkannya?”

Siswa mengusulkan:

  • Bikin produk digital (e-book, worksheet, desain stiker, dll.)
  • Membuka jasa bimbingan basic English dan desain untuk anak SD
  • Buat kelas online berbayar (webinar remaja)
  • Mengajukan proposal sponsorship ke brand remaja
  • Dokumentasi perencanaan dan kegiatan dijadikan konten YouTube

🔵 I – Integration

“Apa langkah kecil yang bisa kita mulai minggu ini?”

Hasilnya:

  • Tim fundraiser terbentuk
  • Membuat Gantt Chart untuk proyek bisnis digital
  • Komitmen setiap siswa menyumbang ide dan satu skill nyata

“Skala komitmen kelas?”
Rata-rata 7-9 dari 10.

🟣 T – Tracking

Sesi refleksi akan dilakukan tiap Jumat sore
Progres dan kendala dicatat oleh Scrum Master proyek kelas
Scrum board dibuat untuk memantau backlog dan sprint mingguan

Integrasi dengan Proyek Grup Berbasis Scrum

Coaching ini kemudian dikonversi menjadi proyek kelas berbasis Scrum:

  • Product Owner: Salah satu siswa senior yang memiliki visi kuat ke luar negeri
  • Scrum Master: Fasilitator atau siswa yang memandu progres dan refleksi
  • Sprint: Dibuat per 2 minggu (produk digital, pitching sponsorship, dll.)
  • Sprint Review: Tiap Jumat sore refleksi dilakukan bersama (terintegrasi dengan Tracking ORBIT)

Coaching = momen menemukan why dan direction
Scrum = sistem untuk menggerakkan aksi dan distribusi kerja secara konkret dan terukur

Contoh 2: Bagaimana Agar Kelas Ini Memenangi Perlombaan Coding?

Konteks:
Kelas SMA ingin mengikuti kompetisi coding nasional. Sebagian siswa sudah punya dasar, tapi mereka belum solid sebagai tim dan belum percaya diri bersaing. Target mereka bukan sekadar ikut, tapi benar-benar menyiapkan tim yang kompak dan bisa menang.

Tujuan Group Coaching (Outcome):
Menyusun strategi dan semangat bersama untuk mengikuti kompetisi coding dengan penuh komitmen.

Struktur Coaching dengan ORBIT:

🟠 O – Outcome

“Apa yang benar-benar ingin kita capai dari kompetisi ini?”

Jawaban:

  • Juara atau minimal masuk final
  • Bangun reputasi sekolah dan kelas
  • Jadi pembuktian bahwa kelas bisa kerja sebagai tim solid

🟡 R – Resources

“Apa kekuatan yang kita miliki?”

  • Beberapa siswa sudah ikut bootcamp coding
  • Punya laptop dan jaringan cukup
  • Ada mentor eksternal yang bisa dihubungi
  • Sudah pernah membuat mini game waktu proyek sekolah

🟢 B – Brainstorming

“Apa yang perlu kita ubah, tambahkan, atau hilangkan agar bisa menang?”

Ide siswa:

  • Latihan intensif tiap hari dengan peran spesifik
  • Satu tim buat dokumentasi & UI, satu tim backend
  • Menjadwalkan simulasi lomba internal
  • Bikin peer-to-peer support, saling cek progress coding

🔵 I – Integration

“Langkah pertama yang bisa kita lakukan minggu ini?”

Komitmen:

  • Bentuk tim utama dan cadangan
  • Buat sistem tracking tugas coding mingguan
  • Follow up mentor alumni untuk bimbingan

“Skala komitmen siswa?”
Mayoritas 9 dari 10.

🟣 T – Tracking

  • Scrum board dipasang di kelas + online (Trello)
  • Daily standup (5 menit briefing sebelum kelas dimulai)
  • Sprint review dilakukan setiap hari Sabtu

Integrasi dengan Proyek Grup Berbasis Scrum

Coaching ini menjadi dasar pembentukan proyek kompetisi coding dengan kerangka Scrum:

  • Product Owner: Siswa yang mendaftarkan tim ke lomba
  • Scrum Master: Ditunjuk dari siswa yang bisa mengatur jadwal latihan dan koordinasi tim
  • Sprint Backlog: Rangkaian latihan, evaluasi mentor, target penyelesaian modul
  • Sprint Planning: Disusun bersama berdasarkan kesepakatan group coaching
  • Tracking: Diteruskan dalam refleksi mingguan bersama fasilitator

Kedua contoh di atas menunjukkan bahwa group coaching tidak berhenti pada diskusi, tapi menjadi pintu masuk untuk membentuk proyek nyata yang terstruktur dan kolaboratif. Dengan menggabungkan ORBIT dan Scrum, siswa bukan hanya diberdayakan untuk bermimpi besar, tetapi juga dilatih untuk bertindak nyata dengan semangat tim, strategi, dan komitmen jangka panjang.

6. Contoh Pertanyaan Coaching untuk Siswa SMP dan SMA

6.1 Mengapa Pertanyaan Sangat Penting dalam Coaching?

Dalam coaching, pertanyaan adalah jantung dari proses. Bukan sekadar alat untuk mendapatkan informasi, pertanyaan dalam coaching digunakan untuk membangkitkan kesadaran, menggali potensi terdalam, dan mendorong seseorang menemukan jawabannya sendiri. Bagi siswa, pertanyaan coaching bukan untuk “diuji”, melainkan untuk diajak berpikir lebih jernih, jujur, dan reflektif.

Berbeda dengan pengajaran, di mana guru memberi jawaban, dalam coaching fasilitator justru mengajukan pertanyaan yang membawa siswa pada penemuan. Satu pertanyaan tepat bisa membuka wawasan dan mengubah arah hidup seorang remaja.

6.2 Karakter Pertanyaan Coaching yang Efektif

Pertanyaan dalam coaching memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari pertanyaan sehari-hari. Berikut karakter pertanyaan coaching yang efektif:

KarakterPenjelasan
Terbuka (open-ended)Mengundang eksplorasi, bukan jawaban ya/tidak
Fokus pada masa depanMembuka arah dan solusi, bukan mengungkit masalah lama
Netral dan tidak menghakimiTidak menyalahkan atau menyudutkan
MemberdayakanMembantu siswa melihat kekuatan dan pilihan yang ia miliki
Spesifik dan jelasTidak ambigu, memudahkan siswa memahami dan merespons
Mengaktifkan emosi dan nilaiMenggugah sisi terdalam siswa, menyentuh makna dan motivasi personal
Tidak mengarahkanTidak menyisipkan opini fasilitator

6.3.1 Daftar 10 Pertanyaan Coaching Personal per Tahapan ORBIT

O – Outcome (Tujuan)

  1. Apa hal terbaik yang ingin kamu capai dalam waktu dekat?
  2. Jika coaching ini berhasil, perubahan apa yang ingin kamu lihat dalam dirimu?
  3. Siapa saja yang akan merasa bahagia jika kamu mencapai tujuanmu?
  4. Bagaimana kamu tahu bahwa tujuanmu benar-benar tercapai?
  5. Kapan kamu ingin tujuan ini terwujud?
  6. Apa yang paling kamu harapkan dari sesi ini?
  7. Apa yang penting dari tujuan ini bagi hidupmu?
  8. Jika tujuanmu ini tercapai, seperti apa rasanya?
  9. Tujuan ini lebih karena keinginanmu sendiri atau karena orang lain?
  10. Apa indikator keberhasilan tujuan ini menurut versimu sendiri?

R – Resources (Sumber Daya)

  1. Kekuatan apa dari dirimu yang bisa membantu mencapai tujuan ini?
  2. Siapa yang pernah mendukungmu dalam hal serupa sebelumnya?
  3. Pengalaman apa yang pernah membuktikan kamu bisa menghadapi tantangan?
  4. Nilai atau prinsip apa yang membantumu terus bertahan?
  5. Apa hal yang sedang berjalan baik dalam hidupmu saat ini?
  6. Keterampilan apa yang kamu miliki yang bisa kamu manfaatkan?
  7. Dukungan seperti apa yang paling kamu butuhkan?
  8. Di mana tempat kamu merasa paling fokus dan produktif?
  9. Apa yang selama ini membuatmu tetap termotivasi?
  10. Sumber daya apa yang bisa kamu ciptakan dari sekarang?

B – Brainstorming (Solusi dan Pilihan)

  1. Apa yang perlu kamu ubah untuk mencapai tujuan ini?
  2. Kebiasaan apa yang perlu kamu tinggalkan?
  3. Kebiasaan baru apa yang ingin kamu bangun?
  4. Apa cara baru yang bisa kamu coba minggu ini?
  5. Kalau kamu bebas mencoba apapun, apa yang akan kamu lakukan?
  6. Apa solusi alternatif yang muncul di kepalamu saat ini?
  7. Siapa yang bisa kamu ajak kolaborasi?
  8. Apa risiko dari pilihanmu, dan bagaimana kamu mengatasinya?
  9. Bagaimana jika kamu gagal? Apa langkah cadanganmu?
  10. Ide gila apa yang mungkin bisa kamu ubah jadi nyata?

I – Integration (Kesadaran dan Komitmen)

  1. Apa kesadaran baru yang muncul dari sesi ini?
  2. Nilai apa yang kamu sadari sedang kamu bangun?
  3. Langkah paling kecil tapi bermakna yang bisa kamu lakukan besok?
  4. Apa komitmen pribadimu minggu ini?
  5. Kalau kamu bosan, apa yang akan kamu ingat untuk tetap jalan?
  6. Apa yang membuat kamu yakin bisa menjalankan langkahmu?
  7. Di skala 1–10, seberapa besar komitmenmu?
  8. Jika turun ke angka 5, apa yang akan kamu lakukan?
  9. Apa makna langkah ini dalam perjalanan hidupmu?
  10. Apa yang akan kamu katakan pada dirimu sendiri jika berhasil?

T – Tracking (Monitoring dan Evaluasi)

  1. Bagaimana kamu tahu bahwa kamu sedang bergerak ke arah yang benar?
  2. Apa alat atau cara yang akan kamu pakai untuk memantau progresmu?
  3. Siapa yang bisa kamu jadikan partner untuk saling mengingatkan?
  4. Kapan kamu akan mengevaluasi langkahmu?
  5. Apa hadiah kecil yang akan kamu berikan jika berhasil?
  6. Jika kamu tertunda, apa yang akan kamu lakukan?
  7. Apa indikator sederhana bahwa kamu tidak stagnan?
  8. Bagaimana kamu menjaga semangat di tengah tantangan?
  9. Apa yang akan kamu evaluasi setiap minggunya?
  10. Jika ingin memperbaiki strategi, siapa yang akan kamu ajak diskusi?

6.3.2 Daftar 10 Pertanyaan Coaching Group Class per Tahapan ORBIT

O – Outcome (Tujuan Bersama)

  1. Apa hal paling penting yang ingin kita capai sebagai kelas minggu ini?
  2. Apa yang sedang menjadi tantangan bersama kita sekarang?
  3. Bagaimana jika kita bisa menyelesaikan ini sebagai tim?
  4. Apa dampaknya bagi kelas jika tujuan ini tercapai?
  5. Apa yang akan membuat kita bangga terhadap diri kita sendiri?
  6. Seandainya kelas kita sukses, seperti apa bentuknya?
  7. Apa tujuan utama kita dalam proyek ini?
  8. Apa harapan kita sebagai kelompok dalam 1 bulan ke depan?
  9. Jika kelas ini berhasil berubah, apa yang paling terasa?
  10. Apa yang membuat kita mau berkomitmen pada tujuan ini?

R – Resources (Kekuatan Kelas)

  1. Kekuatan apa yang dimiliki kelas ini?
  2. Siapa saja di kelas yang punya kemampuan unik?
  3. Kebiasaan positif apa yang pernah berhasil kita jalankan?
  4. Sumber daya apa yang tersedia untuk mendukung proyek ini?
  5. Dukungan dari siapa yang bisa kita manfaatkan?
  6. Siapa yang pernah memimpin kita dengan baik?
  7. Apa yang pernah membuat kita solid sebagai tim?
  8. Apa kebiasaan yang bisa kita ulang karena dulu efektif?
  9. Bagaimana kita bisa saling mendukung lebih baik?
  10. Nilai apa yang sebenarnya sudah tertanam dalam kelas ini?

B – Brainstorming (Solusi dan Pilihan Tim)

  1. Apa saja pilihan solusi yang bisa kita coba?
  2. Apa yang perlu diubah dari cara kerja kita saat ini?
  3. Kebiasaan apa yang menghambat kita sebagai tim?
  4. Apa hal baru yang bisa kita uji minggu ini?
  5. Jika tidak ada batasan, ide gila apa yang bisa kita wujudkan?
  6. Siapa yang bisa bantu kita dari luar kelas?
  7. Apa pendekatan belajar atau kerja tim yang belum pernah kita coba?
  8. Apa yang perlu kita hapus dari kebiasaan saat ini?
  9. Cara apa yang bisa membuat kita lebih terorganisir?
  10. Apa yang ingin kamu lihat dari perubahan kelas ini?

I – Integration (Komitmen dan Langkah Nyata)

  1. Apa satu langkah yang bisa kita lakukan minggu ini sebagai kelas?
  2. Komitmen kecil apa yang bisa kita jalankan bersama?
  3. Siapa yang akan bertanggung jawab memulai gerakan ini?
  4. Bagaimana kita tahu bahwa kelas mulai berubah?
  5. Apa arti langkah ini bagi kebersamaan kelas?
  6. Seberapa siap kita menjalankan keputusan ini?
  7. Apa dukungan yang perlu diberikan agar kita konsisten?
  8. Apa bentuk konkret perubahan yang ingin kita lihat minggu depan?
  9. Apa pesan yang ingin kita sampaikan ke diri sendiri sebagai satu tim?
  10. Bagaimana kita menjaga semangat tim ini tetap hidup?

T – Tracking (Monitoring Kelas dan Evaluasi Bersama)

  1. Bagaimana kita akan mengecek progres setiap minggu?
  2. Siapa yang jadi pengingat atau timekeeper tim?
  3. Bagaimana bentuk evaluasi reflektif kita bersama?
  4. Kapan waktu terbaik untuk cek ulang komitmen?
  5. Apa reward kelas jika kita berhasil konsisten?
  6. Bagaimana jika ada yang belum jalankan perannya?
  7. Apakah kita perlu membuat jurnal atau scrum board?
  8. Siapa yang akan mempresentasikan hasil tim di depan kelas?
  9. Apa indikator sederhana bahwa kita on-track?
  10. Apa yang akan kita ubah jika minggu ini belum berhasil?

7. Standar Adab dalam Coaching: Fasilitator dan Siswa

Di Flexi School, praktik coaching tidak hanya menekankan hasil dan struktur, tetapi juga adab dan etika. Hal ini sangat penting karena coaching bukan sekadar teknik, melainkan proses relasi yang melibatkan kepercayaan, ruang aman, dan integritas. Terutama saat dilakukan di lingkungan pendidikan yang melibatkan remaja, standar adab harus ditegakkan dengan jelas agar coaching menjadi ruang tumbuh yang profesional, etis, dan tetap dalam koridor pendidikan karakter.

Berikut adalah prinsip-prinsip dan panduan adab coaching yang wajib diterapkan dalam hubungan antara fasilitator dan siswa:

A. Adab Umum Coaching untuk Semua Jenis Sesi

  1. Fasilitator hadir sebagai mitra, bukan pemberi nasihat
    • Hindari gaya “menggurui” atau memaksakan sudut pandang pribadi.
    • Tugas fasilitator adalah membimbing, bukan menilai.
  2. Bahasa coaching harus netral dan memanusiakan
    • Tidak menyudutkan, tidak mengejek, tidak meremehkan.
    • Gunakan bahasa positif dan reflektif.
  3. Jaga kerahasiaan isi sesi
    • Apa pun yang dibicarakan dalam coaching tidak boleh disebarluaskan, kecuali berisiko membahayakan diri sendiri atau orang lain.
    • Fasilitator wajib menjaga kepercayaan siswa.
  4. Fasilitator wajib hadir penuh (coaching presence)
    • Tidak memegang HP, tidak multitasking, tidak tergesa-gesa.
    • Fokus penuh pada siswa dan proses yang sedang berjalan.
  5. Siswa berhak untuk memilih topik coaching
    • Coaching tidak boleh dipaksakan.
    • Fasilitator dapat memberi opsi, tapi keputusan tetap di tangan siswa.

B. Adab Spesifik Coaching Personal (One-on-One)

Karena coaching personal bersifat lebih intim dan mendalam, maka perlu ada adab tambahan agar tetap menjaga profesionalitas dan kenyamanan, terutama dalam konteks usia remaja dan lingkungan sekolah Islam.

  1. Lokasi coaching wajib terlihat secara visual
    • Gunakan ruangan terbuka sebagian, ruang berkaca transparan, atau area umum yang tetap tenang dan tidak bising.
    • Tidak boleh dilakukan di ruang tertutup penuh yang tidak bisa diawasi dari luar.
  2. Coach dan coachee idealnya sejenis kelamin
    • Jika siswa perempuan, maka sebaiknya coach juga perempuan.
    • Jika siswa laki-laki, maka sebaiknya coach juga laki-laki.
    • Dalam kondisi darurat, sesi tetap harus dilakukan di ruang terbuka dan dapat disaksikan (visible) oleh pihak ketiga.
  3. Durasi coaching tidak melebihi waktu wajar (maksimal 60 menit per sesi)
    • Hal ini untuk menjaga fokus dan menjaga agar sesi tidak melebar ke ranah pribadi yang tidak relevan.
  4. Tidak menyentuh secara fisik dalam bentuk apa pun
    • Menjaga jarak fisik adalah bentuk penghormatan, terutama dalam sesi coaching antar lawan jenis.
  5. Sesi coaching personal tidak boleh dilakukan secara berkepanjangan tanpa evaluasi
    • Jika setelah beberapa sesi topik belum bergerak, perlu review apakah siswa perlu dirujuk ke pendampingan lain (konseling, mentoring, atau dukungan eksternal).

C. Adab Coaching Group Class

  1. Fasilitator tidak boleh memihak atau hanya mendengar satu kelompok
    • Semua suara siswa berhak didengar secara adil dan proporsional.
  2. Kelas wajib menyepakati aturan dasar sebelum sesi dimulai
    • Confidentiality, respect, tidak memotong, dan tidak menertawakan pendapat teman.
  3. Tidak memaksakan semua siswa bicara
    • Dorong partisipasi, tapi tetap hormati kenyamanan dan kesiapan individu.
  4. Fasilitator menjaga netralitas dan tidak menyalahkan satu pihak di depan umum
    • Fokus pada solusi bersama, bukan mencari siapa yang salah.
  5. Fasilitator menutup sesi dengan penguatan dan afirmasi terhadap keberanian kelas untuk terbuka
    • Ini penting agar coaching jadi pengalaman menyenangkan, bukan menegangkan.

Dengan menjaga adab coaching secara konsisten, proses coaching di Flexi School tidak hanya menjadi alat pertumbuhan, tetapi juga menjadi latihan nyata dalam membangun integritas, rasa hormat, dan tanggung jawab antar manusia. Coaching menjadi ruang yang aman dan sakral, tempat di mana siswa bisa didengar, dipahami, dan dibimbing menuju versi terbaik dirinya.

8. Format Laporan Hasil Coaching

Laporan hasil coaching di Flexi School dibuat bukan untuk menilai siswa, tetapi untuk mendokumentasikan proses, menjaga kontinuitas, dan menjadi bahan refleksi lanjutan, baik bagi fasilitator maupun siswa itu sendiri. Laporan ini juga membantu sekolah memastikan bahwa setiap sesi coaching dijalankan secara profesional, terstruktur, dan berdampak.

Flexi School membedakan dua jenis laporan coaching:

  1. Laporan Coaching Personal (individual)
  2. Laporan Coaching Group Class (kelas/kelompok)

Laporan bersifat internal, disimpan dengan aman, dan hanya dapat diakses oleh pihak yang relevan seperti fasilitator, wali kelas, dan tim pendamping. Informasi dalam laporan wajib dijaga kerahasiaannya.

8.1 Format Laporan Coaching Personal

📋 LAPORAN COACHING PERSONAL SISWA – FLEXI SCHOOL

  • Nama siswa:
  • Usia/Kelas:
  • Tanggal sesi:
  • Nama fasilitator:
  • Topik coaching:
  • Tahap ORBIT yang dicapai:
  • Tujuan (Outcome) yang ditetapkan siswa:
  • Sumber daya/kekuatan yang ditemukan (Resources):
  • Langkah atau ide yang muncul (Brainstorming):
  • Langkah nyata yang dipilih siswa (Integration):
  • Skala komitmen siswa (1–10):
  • Strategi pemantauan atau pengingat diri (Tracking):
  • Insight atau kesadaran baru siswa:
  • Rencana tindak lanjut (jadwal, sesi lanjutan, review):
  • Catatan observasi non-penilaian dari fasilitator:
    (misalnya: bahasa tubuh, respons emosional, progres sejak sesi sebelumnya, dll)

🔒 Catatan ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk mendukung perkembangan siswa.

8.2 Format Laporan Coaching Group Class

📋 LAPORAN COACHING KELOMPOK/KELAS – FLEXI SCHOOL

  • Nama kelas/kelompok:
  • Jumlah peserta:
  • Tanggal sesi:
  • Nama fasilitator:
  • Topik yang dibahas:
  • Tujuan kolektif yang disepakati (Outcome):
  • Kekuatan kelas yang diidentifikasi (Resources):
  • Ide-ide solusi dari siswa (Brainstorming):
  • Langkah konkret dan komitmen bersama (Integration):
  • Monitoring dan tracking (siapa memantau, kapan evaluasi):
  • Skor komitmen kelompok (1–10):
  • Kesadaran/insight utama yang muncul dalam sesi:
  • Catatan dinamika kelas:
    (misalnya: partisipasi merata atau tidak, respons saat sharing, keaktifan siswa pasif)
  • Tindak lanjut yang direncanakan:
    (bisa berupa proyek, refleksi kelas, review coaching berikutnya)

📎 Laporan ini juga bisa menjadi dasar integrasi dengan proyek grup (Scrum) dan evaluasi mingguan kelas.

8.3 Integrasi Laporan dengan Sistem Dokumentasi Sekolah

Laporan coaching idealnya:

  • Diarsipkan secara digital di sistem internal Flexi School (misalnya Google Drive tim coaching).
  • Diberi tag atau folder sesuai kelas/siswa untuk memudahkan pencarian.
  • Direview secara berkala oleh koordinator coaching dan wali kelas.

Jika siswa berpindah fasilitator atau ada coaching lanjutan, laporan ini membantu proses coaching tetap berkesinambungan, tidak diulang dari awal, dan tetap menjaga kesinambungan relasi.

Dengan adanya laporan ini, coaching di Flexi School bukan hanya menjadi kegiatan reflektif yang bermakna, tetapi juga menjadi sistem dokumentasi pertumbuhan siswa yang akurat dan bertanggung jawab.

9. Penutup

Di era pendidikan yang terus berubah, peran guru dan fasilitator tidak lagi hanya sebagai penyampai ilmu. Di Flexi School, kami meyakini bahwa setiap anak memiliki potensi unik yang tidak selalu bisa digali melalui pendekatan pengajaran konvensional. Coaching menjadi salah satu kunci untuk menjembatani kebutuhan ini.

Dengan menggunakan ORBIT Coaching Model dari Asia Coach dan berlandaskan standar International Coaching Federation (ICF), coaching di Flexi School dijalankan secara profesional, terstruktur, dan penuh empati, baik dalam bentuk coaching personal maupun group class. Coaching tidak dilakukan karena ada “masalah”, tetapi justru sebagai ruang tumbuh yang aman dan reflektif agar siswa mampu mengenali diri, menemukan arah hidupnya, dan menyusun langkah nyata secara sadar.

Lebih dari sekadar teknik tanya-jawab, coaching adalah budaya komunikasi yang memberdayakan. Ia mengubah ruang kelas menjadi ruang refleksi. Ia menjadikan fasilitator sebagai partner bertumbuh, bukan pengontrol. Ia menumbuhkan siswa menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga tangguh, jujur pada diri sendiri, dan bertanggung jawab atas pilihan hidupnya.

Di Flexi, coaching bukan tujuan akhir, tetapi alat untuk menumbuhkan manusia merdeka belajar.

Semoga panduan ini dapat menjadi inspirasi dan referensi praktis bagi fasilitator, guru, maupun sekolah lain yang ingin menghadirkan pendidikan yang lebih manusiawi dan bermakna. Karena sesungguhnya, yang dibutuhkan anak bukan hanya ruang belajar, tapi ruang untuk didengarkan dan bertumbuh.

Popular Post

Leave a Comment