Thursday, 10 Oct 2024
  • Sekolah Pertama Menerapkan Agile Education Berbasis Kurikulum Aqil Baligh dan Fitrah
  • Sekolah Pertama Menerapkan Agile Education Berbasis Kurikulum Aqil Baligh dan Fitrah

3 Teknik Creative Problem Solving Skills Yang Perlu Dimiliki

Hidup barangkali adalah sebuah rentetan masalah yang datang silih berganti. Setiap saat kita dihadapkan pada masalah, entah dalam arena pekerjaan, karir, keuangan, kesehatan hingga masalah bagaimana cara membangun keluarga sakinah ma wahdah wa rohmah.

Dalam arena pekerjaan, beragam masalah datang tanpa henti, mulai dari masalah bagaimana cara menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat, bagaimana memecahkan masalah kenapa program kerja banyak yang tidak efektif, hingga masalah tentang bagaimana cara meningkatkan kinerja team.

Dalam arena membesarkan bisnis yang mungkin sedang Anda jalani, problem atau masalah juga datang bertubi, mulai dari problem kenapa omzet stagnan, problem bagaimana cara mempromosikan produk secara efektif melalui media sosial, hingga problem pengembangan produk baru.

Dan dalam arena keuangan personal, kita acapkali menemui problem yang tak kalah pelik, mulai dari problem tabungan yang nyaris nol, problem tidak pernah bisa investasi, problem kenapa penghasilan stagnan, hingga problem cicilan Honda Vario yang belum lunas-lunas.

Masalah atau problem dengan kata lain adalah sebuah realitas hidup yang acap menyergap dalam keseharian kita. Dan sungguh, kecakapan kita dalam menyelesaikan masalah ini secara jitu dan kreatif adalah sebuah kunci keberhasilan hidup. Creative problem solving dengan demikian adalah sebuah life skills yang krusial untuk mampu menata masa depan yang lebih sumringah.

Beberapa ilustrasi berikut memberikan pemahaman tentang bagaimana sebuah kecakapan problem solving merupakan hal yang sangat fundamental untuk menopang hidup yang lebih produktif.

Ilustrasi yang pertama menyangkut kehidupan saya Dulu saat saya resign dan pindah kuadran, dari seorang karyawan dan merintis usaha sendiri di bidang jasa training dan konsultan manajemen, saya menghadapi problem yang sangat pelik : yakni problem bagaimana cara saya mendapatkan klien.

Problem ini harus segera saya pecahkan, sebab jika saya gagal menemukan solusinya secara kreatif dan jitu, maka saya tidak akan dapat menafkahi keluarga saya (kebetulan saat saya resign dan baru merintis usaha sendiri, anak pertama saya lahir dan usianya baru sebulan).

Tadinya saya mencoba mencari klien melalui cara yang agak konvensional, yakni mengirimkan brosur penawaran training dan konsultasi melalui kiriman pos. So jadul, right. Ternyata cara jadul ini tidak efektif. Setelah mengirimkan ratusan brosur ke ratusan alamat, saya ternyata belum juga mendapatkan klien – padahal tabungan mulai makin menipis.

Kecakapan creative problem solving saya diuji. Setelah melakukan evaluasi dan pengamatan saya lalu mencoba solusi alternatif, yakni kenapa saya tidak membuat blog dan mengisinya dengan tulisan-tulisan yang bagus dan relevan dengan bidang bisnis training dan konsultan saya.

Begitulah, saya kemudian langsung mengeksekusi solusi alternatif itu. Saya lalu membuat blog, mengisinya dengan artikel-artikel tentang dunia SDM. Saya pikir dengan cara ini, maka pelan-pelan orang akan mengenal saya dan mungkin akan ada di antara mereka yang kemudian mengundang saya untuk mengisi training atau menjadi konsultan SDM perusahaan mereka.

Ternyata solusi itu efektif. Setelah beberapa bulan ngeblog, tepatnya sekitar empat bulan, mulai ada beberapa perusahaan yang mengundang saya, dan kemudian menjadi klien bisnis saya. Akhirnya, melalui blog itulah, hingga kini, saya bisa terus mendapatkan order usaha training dan konsultan saya.

Membuat blog dan mengisinya dengan bagus adalah solusi kreatif yang saya lakukan untuk memecahkan masalah yang saya hadapi saat itu : yakni problem bagaimana cara mendapatkan pelanggan.

Lalu, setelah beberapa tahun menjalani bisnis konsultan dan training, saya dihadapkan pada masalah pelik lainnya, yakni: biaya kebutuhan hidup keluarga saya makin naik seiring dengan makin besarnya anak-anak saya yang sudah mulai sekolah (saya punya dua anak remaja saat ini).

Problemnya: bagaimana saya bisa menemukan sumber penghasilan lain, sehingga saya bisa punya multiple income stream. Ini problem krusial dan amat menentukan masa depan finansial keluarga kami.

Saya kemudian melakukan analisa dan mencoba memetakan solusinya. Kecakapan creative problem solving saya kembali diuji.

Dalam proses creative thinking skill, dikenal istilah “a-ha moment”: atau momen di mana mendadak, tiba-tiba Anda seolah mendapatkan ilham dan inspirasi kreatif yang bisa menjadi solusi atas masalah yang ada secara jitu.

Namun para pakar kreativitas menyebut bahwa a-ha moment itu sejatinya tidak berlangsung secara tiba-tiba, seolah mendapatkan ilham yang jatuh dari langit.

A-ha moment hanya akan muncul setelah secara intens kita memikirkan dan merenungkan problem hingga berhari- hari. Di saat kita tidur, pikiran ini mungkin kemudian mengendap. Lalu saat kita bangun kita memikirkannya lagi. Proses ini ibaratnya seperti menyiapkan terjadinya sebuah a-ha moment.

Begitulah, saat dihadapkan pada problem bagaimana cara meningkatkan sumber income lain, berhari-hari saya berpikir keras bagaimana menemukan solusi yang ampuh.

Dan di suatu pagi yang cerah, akhirnya a-ha moment itu datang. Kejadiannya persis saat saya – maaf – buang air besar (atau BAB).

Salah satu rutinitas yang memang sering saya lakukan adalah saat BAB, saya selalu merenung berbagai hal. Biasanya pikiran saya lalu melayang, entah memikirkan langkah bisnis yang harus saya jalani, atau yang paling sering adalah memikirkan ide artikel yang harus saya tulis di blog (banyak artikel viral di blog saya yang lahir idenya saat saya melakukan BAB).

Nah di pagi itu, saat BAB, saya merasa mendadak seperti mengalami a-ha moment dan mendadak mendapatkan ide jitu untuk memecahkan problem bagaimana cara menghasilkan sumber income tambahan.

Ide yang seolah mendadak muncul di pikiran saya saat itu adalah seperti ini: selama ini sebagai trainer dan konsultan, saya sering membuat materi presentasi berbagai topik

manajemen SDM yang menarik. Lalu saya berpikir, kenapa tidak saya meramu semua materi ini dan menjualnya dalam paket presentasi manajemen SDM yang lengkap, dan kemudian menjualnya secara online (dalam format file Power Point presentation).

A-ha Moment Terjadi

Begitulah selepas BAB dan mandi pagi, saya langsung bergegas membuka laptop, dan menyusun materi apa saja yang bisa saya susun dan jual. Saya lalu menghabiskan waktu lebih dari dua minggu untuk menyelesaikan dan mengedit semua topik materi presentasi yang akan saya jual secara online. Minggu ketiga saya membuat website baru sebagai sarana untuk jualan online. Dan minggu keempat, saya me-launch produk materi presentasi ini.

Di awal peluncurannya, materi presentasi ini laris manis dan memberikan penghasilan tambahan yang signifikan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, saya kembali menemui problem yang cukup klasik, yakni penjualannya pelan-pelan makin menurun.

Setiap produk memang punya life cycle, atau daur siklus produk: mulai dari fase launch, fase pertumbuhan dimana penjualannya makin meningkat, lalu pelan-pelan stagnan karena pasar mengalami kejenuhan (saturated market), dan kemudian perlahan menurun penjualannya.

Product life cycle adalah sebuah problem klasik yang paling sering dihadapi para pelaku bisnis. Saat pasar sudah jenuh dengan produk yang kita jual, maka hampir pasti penjualan produk kita akan menurun jauh dibanding saat awal peluncuran.

Solusinya jelas: kita harus merilis produk atau layanan baru, atau menambahkan fitur-fitur baru agar pelanggan kembali berminat membeli produk kita. Inovasi adalah kata kunci. Kreativitas untuk selalu berinovasi merilis produk baru adalah kecakapan kunci untuk memecahkan problem klasik dalam dunia pemasaran dan penjualan.

Ketika produk paket presentasi SDM yang saya jual mulai mengalami stagnasi (dan ini adalah problem serius bagi masa depan penghasilan saya), maka meracik alternatif solusinya, yakni: saya berpikir untuk menerjemahkan materi presentasi itu ke dalam bahasa Inggris, dan kemudian menjualnya ke pasar luar negeri.

Akhirnya, solusi itu berhasil saya implementasikan juga, dan kini produk saya tersebut sudah dibeli pelanggan dari 40 negara lebih di dunia (mulai dari Amerika, Kanada, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kamerun, hingga Finlandia dan Singapore).

Ilustrasi creative problem solving lainnya datang dari seorang rekan. Kebetulan dia bekerja di bagian HRD. Problem yang dia temui cukup klasik, yakni ternyata proses administrasi pengajuan cuti, pengajuan reimbursement, hingga permintaan dana untuk perjalanan dinas, semua masih menggunakan cara manual yang ribet dan memakan banyak kertas. So jadul, batinnya. la lalu berpikir kenapa tidak semua proses itu di-digitalisasi melalui aplikasi android atau iOS.

la berpikir layar HP kita penuh dengan ikon app yang menarik – namun kebanyakan merupakan app luar seperti ikon berbagai layanan medsos, portal berita online, hingga aplikasi ojek online. Ia membatin, kenapa perusahaan saya tidak bikin app atau aplikasi yang memudahkan para karyawan untuk mengajukan cuti, dan administrasi SDM lainnya.

Begitulah ia lalu merumuskan solusinya. Ia menyusun rencana pembuatan app atau aplikasi untuk mendigitalkan semua layanan administrasi SDM. Jadi jika ada karyawan yang mau cuti, tinggal klik app-nya dan semua beres seketika. Atau jika dia mau cek saldo cuti, atau mengajukan permohonan dana untuk perjalanan dinas, semua diproses hanya melalui app. Tanpa kertas yang jadul lagi. Paperless office.

Kemudian bersama team IT, mereka mencari vendor yang bisa membantu mereka membuat aplikasi yang user friendly tersebut. Setelah melalui proses pengembangan, akhirnya aplikasi itu bisa di-launch. Problem keribetan administrasi SDM akhirnya bisa dipecahkan melalui proses digitalisasi via aplikasi android dan iOS yang powerful.

Ilustrasi terakhir datang dari rekan yang bekerja di bagian pemasaran sebuah perusahaan finansial besar. Problem yang dihadapi perusahaannya adalah mereka merasa iklan konvensional melalui koran dan media televisi makin tidak efektif untuk menjangkau kalangan milenial muda. Selain itu biayanya juga amat mahal.

Akhirnya mereka meracik alternatif solusinya, yakni secara agresif melakukan pemasaran melalui berbagai kanal media sosial. Begitulah mereka kemudian menyusun beragam panduan tentang personal finance yang praktikal, misal tentang tips investasi untuk generasi milenial, hingga kiat mendapatkan income sampingan secara melimpah.

Mereka kemudian membagikan panduan itu secara gratis via akun media sosial baik di Facebook, Twitter dan blog. Mereka juga aktif membuat serangkaian video tutorial tentang aneka problem keuangan dan meng-upload via Youtube. Melalui strategi semacam ini mereka akhirnya menemukan solusi efektif untuk mengatasi problem mereka, yakni bagaimana cara menumbuhkan jumlah pelanggan tanpa harus mengeluarkan banyak biaya.

Beragam ilustrasi di atas adalah sampel nyata tentang proses creative problem solving. Yakni saat Anda dihadapkan pada sejumlah problem, maka Anda bisa merumuskan jalan keluar yang efektif.

Layak dicatat, proses problem solving tidak hanya berhenti saat kita berhasil merumuskan rencana solusi. Sebab saat fase melakukan implementasi solusi atas problem utama yang muncul, sejatinya kita juga akan menemui beragam problem turunan yang menyertainya. Tak jarang problem turunan ini lebih rumit untuk dipecahkan.

Misal saat melakukan implementasi membangun blog sebagai solusi personal branding, saya menemui banyak problem dalam prosesnya – mulai dari masalah menemukan topik tulisan yang bagus, masalah dalam riset bahan penulisan, hingga masalah untuk berhasil menulis secara konsisten. Dalam segenap proses ini, kecakapan creative problem solving tetap dibutuhkan agar semua kendala tadi bisa ditaklukkan dengan efektif.

Maka dari itu, kecakapan creative problem solving skill sejatinya terdiri dari dua fase utama : yakni fase untuk menemukan jalan keluar saat dihadapkan pada problem utama. Dan fase kedua adalah menemukan jalan keluar saat kita menghadapi beragam problem turunan, saat proses implementasi solusi yang ingin kita terapkan.

Creative problem solving atau jeli menemukan jalan keluar atas beragam problem yang menghadang – baik problem utama atau problem turunan – tak pelak merupakan life skill yang amat krusial untuk menentukan kesuksesan hidup. Sebab tak jarang, saya melihat sejumlah orang terlalu cepat menyerah ketika mereka menghadapi problem atau kendala dalam perjalanan wujudkan impian hidupnya.

Saat sedang melakukan action, di tengah jalan bertemu dengan aneka problem, lalu semangatnya perlahan surut. Tak sedikit yang kemudian menyerah pada keadaan, karena menganggap problem itu sebagai halangan yang tak bisa ditaklukkan.

Sejatinya, orang yang nasibnya stuck, atau orang yang kondisi keuangannya stagnan, atau orang yang karirnya kurang memuaskan, atau orang yang gajinya masih jauh dari harapan, atau orang yang bisnisnya kolaps, semua initerjadi karena satu hal yang sama : yakni mereka semua gagal mengatasi problem yang mereka hadapi.

Mereka semua gagal menemukan jalan keluar. Mereka semua gagal menjalankan problem solving skill yang optimal. Mereka dikalahkan problem yang menghadang. Mereka memilih menjadi pecundang dalam pertempuran melawan problem kehidupan.

Tahapan Kunci dalam Menjalankan Creative Problem Solving secara Cetar Membahana

Nasib hidup kita niscaya akan menjadi lebih cemerlang manakala kita bisa menjalankan kecakapan problem solving secara efektif. Nasib kita akan membaik. Kondisi keuangan kita akan lebih memuaskan. Karir kita akan bergerak maju. Gaji kita akan lebih melimpah. Dan bisnis kita akan kian gemerlap. Semua ini akan terjadi manakala kita melakukan kecakapan creative problem solving secara optimal.

Lalu, bagaimana sejatinya tahapan untuk melakoni creative problem solving secara optimal? Berikut tiga jalan yang kudu ditapaki saat kita hendak memahat sebuah kecakapan problem solving yang lebih gemilang.

Tahapan Problem Solving 1:

Analisa Akar Masalah

Apakah problem paling utama yang membuat karir dan gaji Anda stuck?

Atau apakah problem paling signifikan yang membuat bisnis Anda stagnan?

Atau apakah problem mendasar yang Anda hadapi sehingga kondisi finansial Anda masih jauh dari harapan?

Ketajaman Anda menjawab pertanyaan di atas akan menentukan peta jalan keluar yang akan Anda rajut. Jika salah menelisik akar masalah, maka akan meleset pula jalan keluar yang akan Anda tapaki. Membidik akar masalah dengan akurat dengan kata lain, akan bisa memandu kita menempuh jalan keluar yang benar.

Misal dalam problem karir dan gaji yang stuck, masalahnya apakah ada pada skills Anda yang masih belum ekselen? Dalam skills apa Anda masih butuh area pengembangan? Atau masalahnya mungkin karena your are the right person on the wrong place? Artinya masalahnya bukan hal kompetensi diri Anda, namun pada kebijakan karir di perusahaan Anda bekerja. Atau mungkin karena masalahnya semangat dan motivasi kerja Anda sudah tidak optimal lagi? Jadi bukan skill problemnya. Namun soal motivasi dan kepuasan kerja.

Dalam soal bisnis, masalah utamanya apa sehingga bisnis stuck? Apakah karena produknya yang jelek? Harga jualnya tidak kompetitif? Atau bukan itu semua, namun problemnya adalah tidak adanya strategi promosi online yang jelas. Atau mungkin masalahnya dalam soal kelancaran cash flow perusahaan dan utang bisnis yang terlalu besar. Atau bukan ini juga masalahnya. Tapi problem utama ada pada SDM yang bekerja membantu bisnis yang Anda jalani.

Kecakapan Anda untuk menganalisa akar problem yang ada secara jernih dan tajam akan amat membantu dalam proses perumusan jalan keluar yang jitu.

Dalam proses analisa dan menemukan akar masalah ini, ada dua aspek yang layak diperhatikan.

Aspek yang pertama adalah menerapkan apa yang dikenal dengan sebutan Prinsip Pareto. Prinsip ini intinya adalah mengajak kita untuk fokus pada masalah yang paling besar menyumbang bagi kegagalan kita untuk meraih sukses. Dengan fokus pada masalah yang paling besar kontribusinya bagi kemandekan, kita berharap jika masalah

ini bisa kita atasi, maka dampaknya akan sangat besar bagi kemajuan hidup kita. Karena kontribusinya sangat besar, maka jika kendala ini hilang, maka otomatis dampaknya juga akan sangat besar bagi sukses masa depan.

Misal ada seseorang pebisnis online yang menemukan akar masalah kenapa penjualannya menurun adalah karena inovasi produknya lamban. Menyadari hal ini, ia kemudian secara rutin melakukan rilis produk atau fitur atau seri produk baru secara berkala. Cara ini ternyata mampu membuat penjualan bisnisnya kembali meningkat secara signifikan.

Atau misal Anda merasa nasib hidup Anda stuck. Setelah Anda analisa secara komprehensif, maka Anda menemukan akar masalah yang paling besar sumbangannya bagi kemandekan nasib hidup Anda. Akar masalah terbesar ini adalah Anda merasa mudah malas dan tidak tekun melakukan action. Menyadari hal ini, maka solusi pertama yang harus dilakukan adalah bagaimana kiat mengalahkan rasa malas dan ketidaktekunan ini secara efektif.

Pareto membuat kita bisa membuat prioritas dan alokasi daya secara maksimal. Artinya, dengan fokus pada masalah terbesar, maka kita bisa melakukan prioritas solusi pada masalah ini. Selain itu, karena dampaknya besar, maka jika kita berhasil menaklukkan hambatan ini, maka impaknya juga akan sangat signifikan bagi perbaikan masa depan kehidupan.

Aspek yang kedua dan juga layak diperhatikan saat melakukan analisa sumber masalah adalah kita selayaknya fokus pada sumber masalah yang bisa kita intervensi. Maksudnya adalah kita bisa melakukan sesuatu untuk mengatasi sumber masalah ini.

Aspek yang kedua ini krusial sebab tak jarang sejumlah orang saat melakukan analisa masalah, cenderung menyalahkan sumber eksternal sebagai penyebab utama masalah.

Misal saat bisnisnya menurun, langsung menyebut masalah utamanya adalah karena kondisi ekonomi negara menang lagi menurun. Jadi saya tidak bisa berbuat apa- apa dong.

Atau saat penjualannya menurun, seorang pebisnis langsung menyalahkan kompetitor yang main banting harga sebagai sumber masalah utama.

Atau saat karirnya stuck, langsung menyalahkan sikap atasannya yang subjektif sebagai akar masalah. Atau saat tidak diterima bekerja di sebuah perusahaan tertentu, langsung menganggap akar penyebabnya adalah karena dirinya tidak punya koneksi dengan orang dalam.

Atau saat ada orang yang ingin memulai bisnis namun tidak punya modal, langsung merasa problemnya adalah karena orang tua dia tidak kaya dan tidak bisa memberikan modal awal untuk bisnis. Wadoh.

Sikap menyalahkan sumber eksternal sebagai penyebab masalah adalah bullshit, jika tidak segera disertai dengan solusi kreatif untuk mengatasinya.

Sikap yang hanya menyalahkan faktor eksternal saat melakukan analisa masalah, adalah omong kosong yang tidak ada gunanya. Kenapa? Sebab cara ini semacam ini acapkali membuat diri kita terlalu cepat menyerah pada keadaan. Cara seperti ini membuat kita merasa tidak berdaya karena menganggap sumber masalahnya ada pada faktor eksternal yang di luar kendalinya.

Cara semacam itu sejatinya adalah kesalahan fatal yang acap menghinggapi sejumlah orang. Orang in hanya bisa ngeles dan menyalahkan pihak lain sebagai sumber masalah. Sikap semacam ini mungkin akan bisa memuaskan ego-nya untuk sesaat. Ego bahwa sumber masalah bukan pada dirinya. Namun tanpa disertai solusi untuk mengatasi problem yang ada, ego semacam itu justru akan membuat nasib dirinya tetap stagnan.

Karena itu, jika saat melakukan analisa problem, kita memang menjumpai pengaruh faktor eksternal, maka jauhi sikap serba menyalahkan. Yang harusnya dilakukan adalah ini: apa respon yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah eksternal itu.

Jadi jika memang ada faktor ekonomi eksternal yang membuat bisnis menurun, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya (alih-alih hanya menyalahkan pihak eksternal).

Atau jika memang ada pengaruh kebijakan harga kompetitor yang membuat penjualan menurun, apa respon yang bisa lakukan untuk mengatasi problem ini. Misal adakah cara cerdik lain untuk untuk mengalahkan kompetitor (dan bukan hanya menyalahkan keadaan sambil terus bersungut tak jelas).

Atau jika memang karir stuck karena sikap atasan atau kebijakan perusahaan, maka respon apa yang bisa lakukan untuk mengatasi hal ini. Misal prestasi kerja apa yang harus kita ukir agar kita mudah mendapatkan tawaran kerja di perusahaan lain yang lebih baik (alih-alih hanya sibuk menyalahkan atasan atau manajemen, namun kita tetap bekerja di perusahaan itu, dan tidak berani resign untuk pindah ke perusahaan lain yang lebih baik).

Ponnya adalah saat kita melakukan analisa sumber masalah, sebaiknya kita fokus pada aspek dimana kita bisa punya kendali besar untuk mengatasinya. Ataupun jika ada faktor eksternal yang menjadi sumber penyebab masalah, maka kita harus segera merumuskan respon apa yang harus kita lakukan untuk mengatasinya.

Jadi sikapnya bukan menyerah pada keadaan karena menganggap masalah ada di luar kendali diri kita. Ini sekali lagi sikap fatalistik yang tidak akan mengubah apapun.

Hidup kita hanya akan bisa sukses jika kita cerdik menjalankan solusi mengatasi beragam sumber masalah, bahkan jika sumbernya ini dipengaruhi oleh faktor eksternal.

Sebab yang akan menjadi kunci sukses itu bukan seberapa kompleks atau seberapa mudah realitas masalah yang kita hadapi. Yang jauh lebih menentukan sukses adalah APA RESPON KREATIF kita dalam menghadapi masalah itu – apapun jenis masalah itu, dan dari manapun sumbernya datang.

Demikianlah, dua aspek yang layak kita perhatikan saat kita berada dalam tahapan analisa sumber masalah. Aspek pertama, terapkan prinsip pareto untuk menemukan akar masalah yang paling besar berdampak bagi kinerja kita.

Aspek kedua adalah fokuskan analisa pada masalah dimana kita punya kendali besar untuk mempengaruhinya. Kalaupun sumber masalah datang dari faktor eksternal, maka fokuskan pada respon apa yang harus kita lakukan untuk mengatasinya.

Tahapan Problem Solving 2:

Rumuskan Rencana Solusi yang Kreatif

Jika kita sudah berhasil mengidentifikasi problem atau masalah yang kita hadapi, maka tahapan berikutnya adalah merumuskan rencana solusi yang kreatif untuk mengatasinya. Inilah langkah kunci yang juga harus dituntaskan secara optimal.

Tak jarang sejumlah orang sudah memahami masalah yang dihadapinya, namun kemudian tak melakukan respon apapun untuk mengatasi tantangan itu. Akhirnya ya nasibnya tetap stagnan.

Orang ini lalu hanya melamun dan membayangkan beragam masalah, sambil berharap masalahnya itu secara ajaib bisa hilang dengan sendirinya. Harapan yang terlampau tinggi, dan hanya akan memunculkan patah hati serta kekecewaan. Sebab tanpa respon solusi yang kreatif, problem itu selamanya tetap akan ada membayang di hadapan kita.

Pada sisi lain, kadang ada juga orang yang sudah tahu masalahnya apa, namun bingung bagaimana memecahkannya. Akhirnya karena tidak sanggup memikirkan solusinya secara kreatif, maka orang ini akhirnya menyerah pada keadaan. Sungguh, sikap semacam ini menunjukkan daya kegigihan yang rendah untuk menemukan jalan keluar. Dan tak pelak, sikap semacam ini yang amat sering menggagalkan proses untuk wujudkan impian.

Hampir kita akan selalu menemui masalah saat hendak membuat perubahan nasib ke arah yang lebih baik. Masalah demi masalah pasti akan menghadang. Yang agak pedih adalah ketika seseorang terlalu mudah menyerah pada keadaan, dan tidak memiliki ketekunan dan kegigihan untuk menemukan solusi demi taklukkan masalah tersebut dengan sukses.

Sekali lagi, hidup kita hanya akan terpekur dalam stagnasi yang kelam manakala kita tidak punya daya juang untuk menemukan dan menerapkan solusi kreatif guna menaklukkan beragam masalah yang datang silih berganti.

Untuk membantu kita merumuskan solusi yang kreatif dan aplikatif, terdapat sejumlah teknik creative thinking yang bisa diterapkan. Di sini kita akan menjelajah tiga teknik creative thinking yang lazim digunakan dalam proses perumusan rencana solusi yang optimal. Mari kita telusuri satu demi satu.

Teknik Creative Thinking #1:

Benchmarking atau ATM

Benchmarking secara konseptual dapat diartikan sebagai proses membandingkan kinerja pihak lain yang sudah sukses, dan kemudian kinerja mereka bisa kita jadikan standar dan ditiru keberhasilannya.

Jika dimaknai secara awam maka benchmarking bisa juga dimaknai sebagai proses amati, tiru dan modifikasi atau kalau disingkat menjadi ATM.

Jadi dalam teknik ATM ini kita melakukan observasi secara sistematis pada orang atau pihak lain yang sudah sukses mengatasi problem yang saat ini kita hadapi. Kita melakukan observasi secara mendalam, dan kemudian mengadopsi keberhasilan mereka untuk kita terapkan dalam situasi yang kita hadapi, dengan sejumlah modifikasi yang relevan.

Teknik bechmarking atau ATM ini sejatinya merupakan teknik menemukan solusi yang paling simpel, ampuh dan mudah dilakukan. Sebab sebenarnya, tidak ada yang benar-benar baru di bawah matahari ini, begitu kata sebuah pepatah. Maknanya, problem yang kita hadapi ini sejatinya juga pasti sudah pernah dialami oleh orang lain. Semua problem yang menghadang kita, kemungkinan besar juga sudah pernah dialami oleh orang lain.

Jika ada orang lain yang terbukti sudah berhasil menemukan dan menerapkan solusi untuk mengatasi masalah itu, kenapa kita tidak mengadopsinya dan juga menerapkannya pada diri kita, dengan sejumlah modifikasi yang diperlukan.

Saya sendiri cukup sering melakukan teknik benchmarking atau ATM ini saat hendak menerapkan sejumlah solusi kreatif. Misal saat saya hendak membangun blog bisnis, saya secara eksploratif melakukan pengamatan terhadap berbagai blog bisnis di luar negeri yang sudah sukses. Saya lalu amati, bagaimana desain blognya, apa saja isinya, program aplikasi website apa yang mereka gunakan, dan juga strategi apa saja yang sudah mereka lakukan dan terbukti sukses hasilkan uang.

Saya juga melakukan teknik ATM saat saya memulai bisnis penulisan dan penerbitan buku bisnis dan menjualnya hanya secara online. Saya melakukan pengamatan yang intens pada siapa saja pihak di tanah air yang sudah terbukti sukses melakukannya. Saya follow akun para penulis buku bisnis yang sukses, baik akun mereka di Facebook, Instagram atau media sosial lainnya. Lalu saya amati bagaimana promosi penjualan yang mereka lakukan, bagaimana mereka menjalin dan mengelola para resellernya, hingga bagaimana mereka menetapkan harga dan desain cover bukunya. Saya juga sengaja menjadi reseller mereka, untuk bisa paham secara mendalam bagaimana teknik mereka membina ratusan resellernya.

Teknik ATM ini merupakan teknik yang relatif ampuh untuk menemukan ide solusi dan kemudian menerapkannya. Kenapa? Sebab seolah Anda sudah diberikan template dan pola sukses yang harus dijalankan. Anda tinggal mengamati, mengadopsi langkah itu, dan kemudian juga menerapkannya secara optimal. Kita seolah diberikan resep sukses yang tinggal kita pakai dan jalankan.

Saya sendiri merasakan manfaat teknik benchmarking dan ATM ini. Itulah kenapa saya paling sering menggunakan teknik ini saat berjibaku merumuskan solusi jitu untuk mengatasi berbagai tantangan yang menghadang.

Teknik Creative Thinking #2:

Blue Ocean Strategy Thinking

Blue ocean strategy sejatinya merupakan teknik creative thinking untuk perumusan strategi bisnis. Namun teknik ini juga bisa digunakan untuk perumusan solusi dalam level personal development.

Blue ocean thinking intinya sebuah pendekatan dimana kita diminta untuk melakukan empat hal, yakni: create, eliminate, raise, dan reduce. Artinya dalam merumuskan solusi sebaiknya kita bisa menciptakan (create) sesuatu yang baru, menghilangkan (eliminate komponen atau proses yang tidak perlu), lalu meningkatkan (raise) aspek yang penting, dan mengurangi (reduce) aspek yang tidak penting dan menghambat inovasi.

Contoh penerapan blue ocean thinking dalam proses pengembangan diri adalah seperti ini. Misal Anda hendak merumuskan solusi bagi masalah pengembangan karir dan pengembangan diri menuju pribadi yang lebih produktif dan sukses, maka alurnya adalah seperti ini.

Create: Apa fitur atau skill baru yang perlu dikembangkan yang selama ini Anda belum miliki. Skill baru yang Anda anggap merupakan hal penting di masa mendatang. Misal skills tentang digital personal branding, atau skill tentang artificial intelligence.

Eliminate: Apa fitur lama atau sikap dan perilaku yang perlu dieliminasi dari diri Anda. Misal perilaku suka menunda penyelesaian pekerjaan.

Raise: Apa fitur dan skills yang sudah Anda miliki saat ini, dan ingin terus ditingkatkan keahliannya. Misal self learning skill dan kekuatan grit dan daya resiliensi.

Reduce: Apa fitur lama atau perilaku lama yang ingin dikurangi frekuensinya. Misal kebiasaan main HP untuk hal-hal yang tidak berfaedah. Fitur ini harus dikurangi secara gradual agar diri Anda makin produktif.

Skema blue ocean thinking seperti di atas, bisa juga kita terapkan untuk perumusan solusi dalam bidang bisnis, karir, atau penyelesaian program kerja spesifik yang tengah Anda jalani. Inti konsepnya sama yakni: create sesuatu yang baru dan bermanfaat, eliminate yang tidak perlu, raise yang masih relevan, dan reduce fitur lama yang tidak berfaedah.

Teknik Creative Thinking #3:

Attribute Listing

Teknik creative thinking yang ketiga ini intinya adalah kita mem-breakdown beragam atribut yang ada dalam topik masalah yang tengah kita hadapi. Dengan menjabarkan beragam atribut yang ada, harapannya kita menjadi mampu memetakan solusi secara komprehensif.

Misal saat masalah dalam area pelayanan pelanggan, maka atributnya bisa kita petakan menjadi : ruangan pelayanan pelanggan, sikap keramahan petugas pelayanan, jam kerja pelayanan, hingga aspek dukungan teknologi untuk mempercepat pelayanan. Kita bahkan bisa memecah atribut ini menjadi sub-atribut yang lebih kecil, supaya pemetaan solusi menjadi lebih tajam dan spesifik.

Misal saat memetakan solusi secara komprehensif untuk bisnis penulisan, penerbitan dan penjualan buku secara online, maka atribut dan sub atribut yang saya rumuskan adalah sbb:

Aspek penulisan buku

– Judul buku

– Outline isi buku

– Riset bahan penulisan buku

– Proses penulisan buku

Aspek Penerbitan Buku

– Jenis kertas buku

– Desain cover

– Biaya produksi

Aspek pemasaran bukuĀ 

– Materi pemasaran via Media Sosial (FB, Twitter dan Instagram)

– Materi pemasaran via WhatsApp

– Materi pemasaran via Email dan Blog

Aspek pengembangan reseller

– Komisi untuk reseller

– Metode rekrut reseller

– Pembinaan reseller

Contoh attribute listing di atas hanyalah sebuah ilustrasi saja. Dengan memetakan menjadi beragam atribut, maka harapannya kita bisa merumuskan solusi yang komprehensif untuk setiap atribut dan sub atribut yang ada. Dengan kata lain, kita didorong untuk merumuskan solusi yang kreatif pada setiap atribut dan sub atribut yang sudah kita petakan.

Anda juga bisa melakukan hal yang sama. Renungkan masalah atau tantangan hidup yang Anda jumpai saat ini, dalam bidang apapun. Lalu Anda bisa mem-breakdown tantangan itu ke dalam beragam aspek dan atribut. Dengan cara ini, maka Anda kemudian akan bisa menyusun solusi satu demi satu untuk setiap atribut yang sudah Anda petakan.

Demikianlah, tiga teknik creative thinking yang lazim digunakan dalam proses perumusan solusi untuk memecahkan problem secara aplikatif dan kreatif. Tiga teknik ini adalah: benchmarking atau ATM, blue ocean thinking, dan attribute listing. Melalui beragam opsi metode ini, diharapkan kegigihan dan kecakapan kita untuk meracik solusi yang kreatif menjadi lebih mengembang.

Tahapan Problem Solving #3:

Implementasi Rencana Solusi

Setelah kita bisa menganalisa problem utama apa yang kita hadapi, dan kemudian mampu merumuskan rencana solusinya, maka kita tiba pada tahapan yang paling krusial, yakni bagaimana rencana solusi itu pada akhirnya bisa diimplementasikan secara nyata dan efektif.

Secara spesifik, terdapat tiga langkah praktikal dalam tahapan implementasi rencana solusi ini.

Langkah pertama adalah merumuskan rencana solusi itu ke dalam rencana kerja yang cukup rinci (working plan).

Dalam rencana kerja ini, setidaknya kita bisa menetapkan aktivitas apa yang akan kita lakukan untuk wujudkan solusi itu dan kapan aktivitas ini akan dijalankan. Jika aktivitas ini bersifat berulang, maka kapan saja akan dilakukan secara rutin (misal tiap jam berapa akan dilakukan, atau tiap hari apa akan dikerjakan).

Dalam menetapkan kapan atau jadwal pelaksanaan aktivitas, maka sebaiknya yang ditulis adalah kapan aktivitas itu akan mulai dilakukan, bukan kapan deadline- nya. Menetapkan sebuah aktivitas dalam format deadline, akan mendorong kita untuk menunda melakukannya hingga di menit-menit terakhir. Sebaliknya, menetapkan jadwal aktivitas pada kapan akan mulai dikerjakan akan mendorong kita untuk lebih komit melakukannya secara tepat waktu.

Untuk membantu agar Anda benar-benar melaksanakan rencana aktivitas tersebut, maka Anda bisa menggunakan teknik implementation intention. Di sini Anda menyusun rencana pelaksanaan aktivitas itu dalam format : Jika….. Maka. Misal: Jika hari Senin tiba, maka mulai jam 8 pagi hingga jam 12 siang saya akan melakukan aktivitas ini (isikan aktivitas yang ingin Anda lakukan).

Atau contoh lain : Jika sudah selesai sholat Isya, maka saya selalu akan melaksanakan aktivitas XYZ (isikan aktivitas yang ingin Anda kerjakan).

Merumuskan rencana kerja atau rencana aktivitas dalam format Implemention Intention terbukti mendorong Anda untuk benar-benar melakukannya secara nyata.

Idealnya Anda cantumkan jadwal rencana kerja itu ke dalam aplikasi kalender yang Anda miliki (setiap HP punya aplikasi kalender). Lalu Anda tuliskan setiap detail rencana kerja itu di dalamnya. Dengan demikian, Anda mudah memantau pelaksanaannya.

Langkah kedua adalah anda kemudian melakukan monitoring secara berkala.

Dalam proses monitoring ini, kita memantau sejauh mana progres pelaksanaan rencana kerja yang telah Anda susun. Di sini kita melihat apakah kita benar-benar mampu melaksanakan semua item rencana aktivitas yang memang ingin kita lakukan. Artinya jika dalam satu hari tertentu, Anda punya 3 aktivitas yang ingin dikerjakan, maka semuanya bisa tuntas diselesaikan sesuai rencana.

Melakukan monitoring progres pelaksanaan rencana kerja merupakan hal yang krusial. Sebab hanya dengan ini Anda bisa mengukur apakah rencana solusi Anda telah berhasil Anda terapkan secara nyata, atau hanya ada di atas kertas belaka.

Selain memantau progres pelaksanaan rencana kerja, maka kita juga selayaknya memonitor kualitas atau efektivitas dampak dari aktivitas tersebut.

Misal saat menghadapi masalah penjualan yang stagnan, saya kemudian membuat solusi dengan cara melakukan pemasangan iklan di Google. Rencana ini bisa saya eksekusi dengan baik sesuai rencana. Namun kemudian, saya juga memantau efektivitasnya. Apakah memang iklan itu berdampak bagi peningkatan atau penjualan. Hal ini juga perlu dimonitor secara sistematis.

Langkah monitoring ini merupakan hal yang kritikal. Sebab hasil dari monitoring ini yang akan membantu Anda untuk melakukan langkah yang ketiga yakni menjalankan proses perbaikan atau continual improvement.

Langkah ketiga adalah melakukan proses perbaikan atau improvement secara berkelanjutan.

Proses implementasi akan berlangsung secara efektif, jika disertai pula dengan langkah perbaikan dan penyempurnaan secara simultan dan terus menerus.

Dalam langkah monitoring kita mengukur progres penyelesaian rencana kerja (working plan), dan juga efektivitas dampak dari aktivitas yang kita jalankan. Dalam langkah perbaikan, kita juga melakukan penyempurnaan dalam dua aspek tersebut.

Misal saat dilakukan pemantauan tentang progres penyelesaian rencana kerja demi solusi yang optimal, kita gagal memenuhi harapan. Ada sejumlah item aktivitas yang belum berhasil kita lakukan. Mungkin karena jadwalnya bentrok dengan kegiatan lain. Atau mungkin karena kita belum tahu bagaimana cara menjalankan rencana solusi itu. Atau barangkali karena memang willpower kita lemah dan berat untuk mulai melakukan action.

Dalam langkah perbaikan atau improvement, kita mesti segera juga menghadirkan jalan keluarnya. Misal untuk jadwal yang bentrok, kita bisa menjadwal ulang rencana pelaksanaannya. Jika sebabnya adalah karena kita belum cakap atau ahli dalam menjalankan solusi yang sudah kita susun, maka kita bisa mengalokasikan waktu untuk mempelajarinya (silakan baca bab tentang Self Learning Skills).

Jika penyebabnya adalah karena kita masih terlalu malas untuk memulai action, maka kita bisa segera mengembangkan kekuatan grit dan daya resiliensi kita (cara detailnya bisa Anda baca dalam bab tentang Grit and Resiliency).

Sementara untuk apek efektivitas dari pelaksanaan aktivitas yang sudah kita lakukan, jika kita mendapati ternyata efektivitasnya masih belum sesuai harapan, maka kita juga bisa segera melakukan penyempurnaan.

Misal jika yang dipantau adalah efektivitas program promosi online, maka kita bisa cek kenapa masih belum efektif dampaknya : apakah materi iklannya yang belum bagus; ataukah karena penetapan target iklan yang keliru; atau memang produknya sendiri yang belum begitu unggul kualitasnya.

Setelah kita memahami penyebabnya, maka kita bisa lakukan kembali proses promosinya. Jadi di sini ada semacam trial and error process demi mendapatkan hasil yang paling maksimal.

Demikianlah, tiga langkah praktikal yang layak dijalankan untuk melakukan tahapan implementasi rencana solusi secara efektif. Tiga langkah ini adalah:1) menyusun rencana kerja yang detail dan melaksanakannya dengan tekun; 2) melakukan proses monitoring dan 3) menjalankan proses perbaikan secara berkelanjutan (continual improvement).

Melalui tiga langkah praktikal tersebut, maka harapannya proses implementasi rencana solusi yang kita susun, bisa dilakukan secara optimal dan memberikan hasil yang memuaskan.

Jika kita rekap kembali, maka tahapan utama untuk melakukan creative problem solving secara sukses terdiri dari tiga tahapan yakni:

  1. Tahapan Analisa Problem, dimana dalam tahapan ini kita sebaiknya memperhatikan dua aspek ini:

– Fokus pada Pareto Problem

– Fokus pada Sumber Masalah yang Bisa Diintervensi

  1. Tahapan Perumusan Rencana Solusi yang Kreatif, yang bisa kita lakukan melalui :

– Teknik ATM atau Benchmarking

– Teknik Blue Ocean Strategy Thinking

– Teknik Attribute Listing

  1. Tahapan Implementasi Solusi secara Efektif bisa kita jalankan dengan langkah berikut:

– Rumuskan Working Plan yang Rinci

– Jalankan Monitoring secara Terjadwal dan Konsisten

– Lakukan Continual Improvement

Beragam langkah di atas telah kita eksplorasi secara detail dalam paparan bab ini. Jika kita mampu menjalankan semua aspek di atas dengan sukses, maka dijamin kita pasti akan bisa menaklukkan beragam tantangan dan masalah yang selalu menghadang di depan.

Sekali lagi, kecakapan dan ketangguhan mental untuk menyelesaikan setiap masalah dan kendala adalah sebuah life skill yang amat krusial dalam menentukan masa depan kita. Sebab memang tiap waktu, kita akan selalu menemui masalah yang rumit dan pelik.

Kalau saja di dunia ini tidak ada masalah yang rumit, maka tentu saja semua orang akan bisa sukses dan makmur melimpah. Kenyataannya adalah sebaliknya. Begitu banyak orang yang stagnan nasibnya karena gagal mengatasi masalah dan tantangan rumit yang menghadang di depannya.

Kecakapan creative problem skills yang telah dipaparkan di sini – jika dikombinasikan dengan life skill yang pertama yakni self learning skill dan life skill yang kedua yakni grit and resiliency – sejatinya merupakan trio maut yang benar-benar ampuh dampaknya bagi perjalanan sejarah masa depan hidup kita.

Kalau saja kita bisa menguasai dan menjalankan tiga life skills itu secara efektif dan simultan, maka percayalah, masa depan hidup Anda akan menjadi lebih gemilang dan menggetarkan.

Sumber: Buku Life Skills, Yodhia Antariksa

This article have

0 Comment

Leave a Comment