Blended learning sebenarnya bukan istilah baru di bidang pendidikan. Bangsa Eropa bahkan telah menerapkannya sejak tahun ’70-an dari jenjang pendidikan terendah hingga tingkat perguruan tinggi. Hasilnya tidak mengecewakan. Siswa dapat menyerap materi dengan baik dan optimal meski menggunakan metode belajar di luar tradisi pada umumnya.
Penerimaan masyarakat Eropa terhadap blended learning beserta hasil memuaskan yang mereka perlihatkan pada dunia, pada akhirnya menjadi contoh bagi negara-negara lain untuk ikut menerapkannya sebagai salah satu bentuk reformasi di bidang pendidikan. Salah satu negara yang kini tengah mengadaptasi metode tersebut adalah Indonesia. Lantas, apa yang dimaksud dengan blended learning? Bagaimana metode blended learning itu? Apakah model pembelajaran blended learning memang cocok untuk karakter siswa dan kondisi Indonesia itu sendiri?
Semua pertanyaan yang mungkin mengganjal dalam pikiran Anda akan terjawab dalam artikel ini. Siapkan waktu Anda untuk membacanya hingga tuntas.
Beberapa ahli pernah berpendapat mengenai definisi blended learning. Secara redaksional tentu saja pendapat mereka tidak sama persis antara satu dengan yang lain. Namun secara garis besar, dapat kita simpulkan bahwa akar pikiran mereka soal definisi blended learning ini nyaris sama.
Dari 5 nama ahli berikut ini, Anda akan tahu apa yang dimaksud dengan blended learning artinya dalam konteks definisi oleh para ahli:
Graham jadi tokoh pertama yang mendapat sorotan atas pendapatnya soal blended learning. Sekira tahun 2005 silam ia pernah mengatakan bahwa blended learning merupakan penggabungan dua sistem belajar antara offline (tradisional) dengan online (modern). Kacamata Graham melihat pemberlakuan blended learning dalam dunia pendidikan bukan semata-mata gebrakan kekinian saja, tapi juga upaya percepatan transfer ilmu dari pendidik dengan siswa yang dididik berbekal produk teknologi.
Pendapat Allen dan Uren tentang blended learning hampir senada dengan Graham. Menurut kedua ahli ini, blended learning adalah strategi dan teknik mengajar yang menggabungkan dua metode pengajaran: online dan offline. Strategi dan teknik seperti ini dimaksudkan sebagai upaya melatih kemandirian siswa dalam menyerap, mengumpulkan, dan mengolah informasi.
Di luar metode blended learning, lazimnya siswa datang ke sekolah melakukan interaksi tatap muka secara langsung dengan guru dan kelompok belajar. Lebih dari 5 jam mereka duduk mendengarkan guru menerangkan, mencatat materi yang terpampang di papan tulis, dan mengerjakan soal-soal. Keberadaan guru di sisi mereka selama proses belajar di sekolah menyebabkan intuisi dan inisiatif mereka kurang terlatih.
Dengan model pembelajaran blended learning, siswa tidak perlu selalu datang ke sekolah dan menggantikannya dengan belajar mandiri di rumah berbekal modul dari guru.
Pada tahun 2013, seorang ahli bernama Mosa juga pernah mengungkapkan pendapatnya perihal blended learning. Menurut Mosa, metode blended learning adalah pembelajaran yang mengombinasikan dua unsur utama offline (formal) dan online (informal). Mosa melihat metode ini sebagai sebuah cara mendidik sekaligus memanfaatkan teknologi yang ada secara maksimal, dengan semua yang terlibat di dalamnya bukan cuma ajar-mengajar tapi juga melek teknologi.
Throne turut menyumbang pendapat mengenai sistem belajar blended learning yang tengah digalakkan di negara-negara maju dan berkembang. Oleh Throne, blended learning merupakan sistem belajar campuran yang mengedepankan dua metode sekaligus yakni multimedia dan e-learning.
Sistem belajar seperti ini meminimalkan pertemuan tatap muka, tapi memaksimalkan penggunaan internet beserta piranti-piranti pendukungnya. Proses penyampaian materi tak lagi sebatas guru menerangkan di depan kelas dan siswa-siswa duduk tertib mendengarkan, melainkan bisa dalam bentuk virtual semacam streaming video, teks animasi online, dan sebagainya.
Berlanjut ke tahun 2012, Dwiyogo hadir menggenapi pendapat-pendapat ahli sebelum dirinya. Prayogo menjelaskan bahwa blended learning mencampurkan dua metode pengajaran sekaligus antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran berbasis teknologi.
Masih menurut Dwiyogo, blended learning memiliki kesamaan dengan e-learning. Dengan support internet dan perangkat lunak yang memadai, proses pembelajaran tak cuma hanya berlangsung di dalam kelas, melainkan dari rumah sendiri.
Dari kelima pendapat ahli tersebut, dapat kita rangkum bahwa blended learning merupakan metode pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran tatap muka di kelas (offline) dengan pembelajaran jarak jauh menggunakan internet. Dengan kombinasi seperti itu akan tercipta pengalaman belajar yang baru.
Sejak awal berlakunya blended learning hingga sekarang, metode pembelajaran ini terus mengalami perkembangan dan perubahan menyesuaikan dengan kondisi negara dan karakter masyarakat di dalamnya. Semua bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dari program itu sendiri. Bila Anda melakukan studi banding ke Eropa untuk melihat langsung bagaimana blended learning berjalan, pasti Anda menemukan beberapa perbedaan dengan yang ada di Indonesia meski secara garis besar metodenya sama.
Supaya lebih jelas bagaimana perkembangan dan perbedaannya, mari kita kenali jenis-jenis metode atau model pembelajaran blended learning tersebut:
Jenis pertama ini menggabungkan 3 stasiun atau spot dalam waktu yang berbarengan dalam sebuah ruangan atau lab komputer. Gambarannya, misal pada satu sesi tatap muka selama 90 menit, maka sesi tersebut dibagi menjadi tiga bagian pada 3 spot yang berbeda yaitu 30 menit online instruction (e-learning), teacher-led instruction, dan collaborative activities and station. Penggabungan ini memaksimalkan penyampaian materi ajar meski dalam cara yang berbeda-beda.
Basic dari Station rotation blended learning hampir serupa dengan jenis pertama tadi. Perbedaan paling menonjol adalah di sini kita tidak memerlukan lab komputer. Jadi penerapannya tidak terbatas pada ruang tertentu asalkan internet support beserta perangkat kerja yang siswa butuhkan tersedia.
Untuk jenis yang ketiga ini, sangat cocok sebagai upaya uji coba bagi lembaga pendidikan yang baru ingin menerapkan metode blended learning. Sebab flex blended learning masih lebih memprioritaskan pertemuan tatap muka (offline) di dalam kelas ketimbang online. Sistem online hanya berlangsung sesekali untuk menggenapi materi-materi yang belum sempat tersampaikan pada sesi offline atau bimbingan pribadi.
Dengan menerapkan flex blended learning, baik siswa dan pengajar sama-sama bisa saling beradaptasi secara perlahan menghadapi perubahan sistem belajar dari konvensional ke sistem berbasis teknologi.
Di beberapa negara maju, metode blended learning jenis ini sudah menjadi suatu kelaziman dalam dunia pendidikan mereka. Remote blended learning atau enriched virtual lebih banyak menekankan pada sistem belajar online. Pembelajaran tatap muka hanya berlangsung sesekali saja sesuai kebutuhan. Sebagian besar proses pembelajaran dipantau dari jarak jauh dengan pengaturan flipped. Nantinya siswa memang akan lebih banyak menyelami materi yang diberikan secara individual. Dengan demikian kemandirian dan insiatif mereka akan terbentuk lebih baik.
The flipped classroom blended learning merupakan versi yang paling jamak dipakai di berbagai negara. Model pembelajaran blended learning jenis kelima ini mengombinasikan antara sistem belajar online dengan offline dalam porsi seimbang. Dalam arti kata, masih mempertahankan format pembelajaran konvensional, namun dengan metode praktik yang baru.
Siswa-siswa pada sekolah-sekolah yang menerapkan model the flipped classroom blended learning memulai pembelajaran secara online berbekal konten-konten yang sudah dipersiapkan lebih dulu. Setelah mereka mempelajarinya secara mandiri, baru pemahamannya diperdalam melalui kelas tatap muka.
Pada sesi tatap muka, siswa-siswa akan lebih banyak dihadapkan pada kegiatan berlatih memecahkan soal-soal secara berkelompok atau berdiskusi dengan pengajar. Dengan demikian peran guru/dosen tidak hilang sepenuhnya, namun kemandirian siswa tetap terbentuk.
Jenis kelima ini mungkin belum terlalu familiar di lingkup masyarakat Indonesia atau beberapa negara lain dengan pengalaman belajar yang masih dominan konvensional. Individual rotation blended learning merupakan metode pembelajaran yang cenderung lebih banyak dilakukan secara online. Siswa boleh memutar channel mana saja namun harus mengikuti jadwal daftar putar yang telah ditetapkan dosen atau algoritma.
Negara-negara maju mulai banyak meninggalkan sistem pembelajaran konvensional lantaran mereka sudah merasakan manfaatnya. Di Indonesia sendiri mungkin manfaat ini belum dapat kita rasakan terlalu banyak akibat masa penyesuaian. Namun, seiring waktu penerapannya akan semakin sempurna dan manfaatnya kian terasa.
Adapun manfaat dari penerapan metode pembelajaran blended learning, antara lain:
Konsep belajar mandiri mau tak mau mengharuskan siswa untuk rajin membaca. Sebab bila tidak, mereka akan kesulitan menyerap informasi yang disampaikan dalam bentuk modul. Hasilnya memang tidak main-main, berdasarkan penelitian minat baca peserta didik di bangku Sekolah Dasar yang menerapkan blended learning core 5 naik sebanyak 20%. Bila kita teruskan bukan tidak mungkin terjadi kenaikan yang lebih signifikan lagi.
Metode blended learning tidak terlepas dari penggunaan teknologi komputer dan internet. Di beberapa sekolah, setiap siswa dipinjamkan komputer sebagai sarana belajar mereka. Sehingga mereka tidak canggung mengoperasikan komputer dengan segala macam fitur berteknologi canggih di dalamnya. Dengan begitu secara tidak melangsung melatih semua siswa untuk tidak gaptek.
Blended learning menciptakan suasana dan pengalaman belajar baru untuk siswa yang terlibat di dalamnya, sehingga memunculkan antusias yang lebih besar. Pada metode pembelajaran konvensional, siswa cenderung pasif karena segala sesuatunya lebih banyak terpusat pada guru (teacher centered). Itu mengapa ada siswa yang tampak menyimak, tapi ternyata dia tidak paham apa yang disampaikan oleh gurunya. Nah, pada metode pembelajaran campuran, siswa dan guru akan lebih banyak berinteraksi meski di luar kelas tatap muka.
Sistem belajar online membantu kita menghemat pemakaian kertas. Bahan baku kertas tak lain dari kulit pohon. Semakin banyak kertas yang kita butuhkan, semakin banyak pula pohon yang terkorbankan. Melalui sistem online, penggunaan buku fisik akan semakin berkurang karena tergantikan oleh e-book.
Pembelajaran mandiri membuat kita lebih bisa mengatur jadwal dengan kesibukan lainnya. Tidak sebagaimana kelas tatap muka yang mengharuskan siswa dan guru datang ke sekolah 5-5x dalam seminggu.
Seperti itu uraian panjang mengenai sistem pembelajaran blended learning. Did you know, sejak pandemi Covid-19 sistem pembelajaran seperti ini semakin diandalkan di negara-negara luar Eropa. Indonesia termasuk negara yang memberlakukannya kini.
Leave a Comment