Mengapa Anak Sulit Disiplin Saat Belajar di Rumah?
Banyak orang tua mengeluh:
“Anak saya susah banget diajak belajar. Duduk sebentar aja langsung bosan, terus ngambek.”
“Saya jadi sering marah. Rasanya kalau tidak dimarahi, anak tidak gerak!”
Kondisi ini umum dialami baik oleh orang tua yang anaknya sekolah di rumah karena sistem unschool, sekolah nonformal, bahkan sekolah formal yang berbasis rumah (online learning). Namun sayangnya, marah-marah bukan solusi jangka panjang.
Marah mungkin memberi efek langsung: anak duduk dan mengerjakan tugas.
Tapi dalam jangka panjang, ini justru merusak:
- Hubungan emosional anak dan orang tua
- Rasa cinta anak terhadap belajar
- Rasa percaya diri dan kemauan dari dalam diri (internal motivation)
Yang dibutuhkan bukan ancaman, tapi pendekatan yang membuat anak sadar dan bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri.
Tujuan Disiplin Bukan Sekadar Anak Tertib
Disiplin bukan hanya soal anak mengerjakan tugas atau duduk manis. Disiplin yang sehat bertujuan agar anak:
- Memahami mengapa ia perlu belajar
- Bisa mengatur diri sendiri (self-regulation)
- Belajar dari kesalahan tanpa takut
- Merasa dihargai, bukan dipaksa
Pendekatan yang bisa digunakan?
✔️ Komunikasi yang sesuai usia
✔️ Pemahaman sebab-akibat
✔️ Pendekatan Disiplin Positif
Komunikasi Efektif Sesuai Usia Anak
Usia 3–6 Tahun (PAUD-TK)
Anak usia dini belum bisa berpikir logis seperti orang dewasa. Mereka masih berpikir konkret dan sangat sensitif terhadap nada bicara.
Gunakan:
- Kalimat sederhana
- Ulangi aturan secara konsisten
- Gunakan visual (gambar jadwal belajar, timer, stiker reward)
- Jadikan belajar sebagai permainan
Hindari:
- Kalimat panjang
- Perintah sambil marah
- Ancaman (“Kalau kamu nggak belajar, Ibu marah ya!”)
Contoh:
“Sekarang waktunya belajar. Yuk kita pilih buku yang mau dibaca.”
“Setelah kita belajar 10 menit, kamu bisa main puzzle lagi.”
Usia 7–12 Tahun (SD)
Anak usia ini mulai bisa memahami sebab-akibat dan diajak diskusi ringan.
Mereka juga butuh rasa memiliki kontrol dalam hidupnya.
Gunakan:
- Aturan yang disepakati bersama
- Jadwal belajar yang bisa dipilih anak
- Penjelasan logis: “Belajar matematika supaya kamu bisa bantu belanja di warung.”
Hindari:
- Perintah satu arah tanpa ruang diskusi
- Komentar membandingkan dengan anak lain
Contoh:
“Kita buat kesepakatan, belajar selesai sebelum jam 11. Setelah itu boleh main.”
“Kamu mau belajar IPA dulu atau Bahasa Indonesia?”
Usia 13–18 Tahun (SMP–SMA)
Remaja sangat sensitif terhadap cara bicara. Mereka tidak suka dikontrol, tapi juga tidak bisa dibiarkan begitu saja. Maka, pendekatan terbaik adalah kolaborasi dan coaching ringan.
Gunakan:
- Pertanyaan terbuka (“Apa yang bikin kamu malas belajar?”)
- Refleksi bersama (bukan ceramah)
- Pendekatan logis dan hormat
Hindari:
- Intonasi tinggi
- Menyerang karakter (“Kamu pemalas banget sih!”)
Contoh:
“Kamu target belajar jam berapa hari ini? Ibu bisa bantu siapkan tempatnya.”
“Kalau tugas ini kamu selesaikan sekarang, kamu jadi punya waktu lebih buat proyek kamu.”

Apa Itu Disiplin Positif?
Disiplin positif adalah pendekatan untuk membangun tanggung jawab dan kontrol diri tanpa hukuman keras atau ancaman.
Konsep ini dikembangkan dari teori psikologi perkembangan anak, dan banyak dipakai dalam sistem pendidikan modern, termasuk sekolah alternatif dan sekolah berbasis keluarga.
Prinsip utamanya:
- Anak diajak memahami konsekuensi alami dan logis
- Diberi pilihan dan tanggung jawab
- Diperkuat perilaku positifnya (positive reinforcement)
Contoh Penerapan Disiplin Positif dalam Belajar di Rumah
1. Gunakan Konsekuensi Logis, Bukan Hukuman
“Kalau kamu nggak belajar sekarang, HP kamu disita seharian!”
“Kalau kamu tunda terus belajar, berarti waktunya untuk main sore jadi makin sempit ya.”
Anak perlu diajari bahwa setiap keputusan ada akibatnya, tapi bukan dengan cara memaksa.
2. Buat Aturan Bersama
Libatkan anak dalam membuat aturan belajar:
- Waktu belajar
- Tempat belajar
- Waktu istirahat
- Jadwal yang disepakati
Jika anak dilibatkan, ia merasa dihargai dan lebih mudah mengikuti aturan.
3. Gunakan Timer atau Visual Aid
Alih-alih marah karena anak tidak fokus, gunakan alat bantu:
- Timer 15 menit belajar lalu istirahat 5 menit
- Jadwal belajar harian dengan stiker
- Kotak tugas: anak bisa memilih urutan belajar hari ini
Visual akan memudahkan anak merasa lebih terkendali dan terstruktur.
4. Fokus pada Perilaku yang Diinginkan, Bukan Hanya Kesalahan
Daripada bilang:
“Kamu selalu terlambat belajar!”
Coba katakan:
“Ibu senang waktu kamu belajar tepat waktu kemarin. Gimana caranya bisa begitu lagi hari ini?”
Pujian yang fokus pada usaha dan proses, bukan hasil akhir, akan membuat anak termotivasi dari dalam.
Tips Disiplin Tanpa Marah untuk Semua Usia
1. Gunakan Rutinitas, Bukan Perintah
Rutinitas menciptakan kebiasaan. Jika anak tahu setiap pagi adalah waktu membaca, ia akan melakukan tanpa disuruh.
2. Ajarkan Anak Mengatur Waktu Sendiri
Gunakan planner mini atau to-do list visual agar anak belajar membuat jadwal sendiri.
3. Beri Waktu Adaptasi
Setiap perubahan butuh waktu. Anak yang awalnya susah fokus, bisa belajar membangun disiplin secara bertahap:
✔️ Dari 5 menit belajar menjadi 10 menit
✔️ Dari 1 tugas per hari jadi 2 tugas
4. Hindari Label Negatif
Label seperti “pemalas”, “bandel”, “keras kepala” akan terekam kuat dalam pikiran anak.
Sebaliknya, fokuskan pada nilai yang ingin ditanam:
- “Kamu anak yang bertanggung jawab”
- “Kamu bisa jadi lebih teratur, yuk kita cari caranya bareng-bareng”
Bagaimana Jika Anak Masih Sulit Fokus dan Disiplin?
Berikut beberapa penyebab umum:
- Jadwal terlalu padat
- Kurang istirahat atau kelelahan
- Tempat belajar tidak nyaman
- Anak merasa tidak memiliki kendali
- Anak belum paham makna dari proses belajar
Solusinya bukan marah, tapi evaluasi ulang rutinitas.
Mungkin anak butuh:
- Jadwal yang lebih fleksibel
- Aktivitas yang melibatkan gerak atau proyek nyata
- Peran serta dalam menentukan tujuan belajarnya
Sekolah, Unschool, atau Nonformal Tetap Butuh Pendekatan Disiplin Positif
Baik anak yang belajar di sekolah formal, unschooling, maupun lembaga nonformal—semua tetap butuh pendampingan.
Yang berbeda hanya medianya, tapi prinsip pendisiplinan tetap sama: komunikasi, pemahaman, dan kolaborasi.
Orang tua berperan bukan sebagai pengawas, tapi teman refleksi dan pembina karakter.
Contoh Praktis Komunikasi Disiplin Positif (Berbasis Situasi)
Situasi: Anak Tidak Mau Mengerjakan Tugas
Respon Marah:
“Kamu ini gimana sih, tugas aja nggak dikerjain! Males banget!”
Respon Disiplin Positif:
“Sepertinya kamu lagi nggak semangat ya? Yuk, kita lihat tugasnya bareng. Mau mulai dari mana?”
Situasi: Anak Menunda-Nunda Waktu Belajar
Respon Marah:
“Kamu sudah janji jam 10 belajar, ini udah siang!”
Respon Disiplin Positif:
“Jam belajar kita tinggal 30 menit lagi. Kalau kamu mulai sekarang, masih bisa selesai dan main sore.”
Situasi: Anak Sering Bangun Kesiangan
Respon Marah:
“Kamu selalu bangun siang, nggak bisa disiplin!”
Respon Disiplin Positif:
“Tidur malam terlalu larut mungkin bikin kamu susah bangun. Kita coba atur waktu tidur malam, yuk.”
Kapan Harus Konsultasi ke Profesional?
Jika anak menunjukkan:
- Ledakan emosi saat belajar
- Kesulitan fokus ekstrem
- Menolak semua bentuk belajar
- Tidak kunjung terbentuk rutinitas setelah waktu panjang
Maka perlu ada:
- Evaluasi pola belajar
- Bantuan dari psikolog anak atau konselor pendidikan
- Konsultasi dengan sekolah atau penyedia layanan pendidikan rumah
Ingin Punya Jadwal Belajar Anak yang Disiplin Tanpa Paksaan?
- Flexi School Bintaro hadir sebagai sekolah SD-SMP-SMA nonformal yang mendukung:
- Pendekatan pembelajaran yang menghargai ritme anak
- Proyek nyata dan kegiatan berbasis minat
- Pembinaan karakter melalui kegiatan seperti public speaking, mindfulness camp, dan basic survival
- Bantuan penyusunan jadwal belajar di rumah sesuai waktu anak dan orang tua
Saat ini, admin Flexi School dapat membantu Anda menyusun jadwal belajar anak yang terstruktur tapi tetap fleksibel, termasuk dengan waktu les dan kebutuhan keluarga.