Sekolah ramah anak memiliki desain dengan tujuan untuk melindungi hak dan kewajiban siswa selama di sekolah. Selain itu, juga SRA juga melindungi keselamatan siswa dari kekerasan fisik, mental, dan seksual. Semua melakukannya dengan baik, seperti guru, tenaga pendidik, ataupun warga sekolah lainnya.
Semakin banyak jumlah SRA di Indonesia, akan semakin banyak pula jumlah anak usia sekolah yang terlindungi. Terjamin haknya untuk mendapatkan pendidikan terbaik. Serta memanfaatkan waktu luang dengan bermain secara aman dan nyaman.
Sekolah ramah anak harus memiliki setidaknya 6 indikator. Apa saja indikator sekolah ramah anak tersebut? Berikut penjelasan selengkapnya.
Indikator atau alat ukur pertama SRA adalah adanya kebijakan Ramah anak. Kebijakan yang berpihak pada anak. Dan kebijakan yang bertujuan untuk melindungi berbagai hak anak untuk mendapat pendidikan yang berkualitas maksimal.
Contohnya adalah memberi kesempatan pada siswa untuk mengutarakan pendapatnya. Membimbing siswa agar berani melapor jika ada pihak lain di sekolah yang melakukan kekerasan. Dengan cara ini, siswa bisa merasa aman karena ada kesempatan untuk melapor jika menjadi korban kekerasan.
Contoh lain misalnya, adanya kebijakan sekolah untuk memperbolehkan siswanya menggunakan jilbab atau atribut keagamaan lain selama di sekolah. Kebijakan ini melindungi hak anak untuk menjalankan syariat agama tanpa ada intervensi ataupun diskriminasi dari pihak sekolah.
Tidak semua guru ataupun tenaga pendidik memahami secara menyeluruh apa itu sekolah ramah anak. Maka dari itu, pihak sekolah ataupun dinas pendidikan terdekat harus mengadakan pelatihan terhadap guru atau tenaga pendidik di sekolah.
Guru di SRA harus menjalankan tugas dan kewajibannya. Mereka bisa melakukan dan tidak boleh melakukan terhadap siswanya. Hukuman seperti apa yang layak agar tidak sampai melukai fisik, psikis, maupun mental siswa.
Dengan pelatihan yang memadai, guru bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Memberi hukuman sewajarnya bagi siswa yang melanggar. Memberi materi pelajaran tanpa membedakan atau diskriminasi. Serta batasan-batasan lain agar hak siswa bisa tetap terjaga tanpa mengurangi kualitas pendidikan yang didapatnya.
Sekolah ramah anak yang baik adalah yang melakukan proses belajar dan mengajar yang ramah anak. Materi harus bisa tersampaikan sesuai dengan pemahaman anak. Tidak hanya menggunakan pemaparan dari guru saja, tapi juga menggunakan cara dan media lain. Seperti video pembelajaran atau praktikum.
Siswa tidak sampai mendapatkan beban di luar batas kemampuannya. Guru atau pihak sekolah tidak memaksa siswa untuk mengikuti studi tur dengan biaya yang mahal dan memberatkan orang tua. Bahkan jika memungkinkan, sekolah bisa memberi keringanan terkait uang sekolah pada siswa dengan orang tua yang kurang mampu.
Tidak hanya guru dan tenaga pendidik saja yang harus ramah anak. Pihak sekolah juta harus menyediakan berbagai sarana prasarana pendidikan yang baik dan fungsional.
Seperti gedung sekolah yang kokoh agar siswa bisa belajar dengan tenang. Kebersihan area sekitar sekolah terjaga agar siswa terhindar dari berbagai penyakit akibat virus atau bakteri. Toilet sekolah yang terjaga kebersihannya. Kantin sekolah dengan menu makanan yang sehat dan bersih.
Khusus sekolah yang berada di zona rawan bencana, pihak sekolah memberi pelatihan terkait tanggap bencana saat berada di sekolah. Bagaimana cara menghadapi bencana yang datang tiba-tiba agar tidak ada korban dari pihak siswa. Seperti bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi, sunami, kebakaran dan lain sebagainya
Sekolah ramah anak juga mendukung partisipasi anak untuk menentukan materi pelajaran seperti apa yang sesuai. Baik di bidang akademik maupun non akademik.
Sekolah menyediakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Agar siswa bisa memilih ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan minatnya. Bahkan ada juga yang menyediakan materi sekolah keahlian sesuai dengan hobi, bakat, dan minat siswa.
Salah satunya adalah Flexi School. Sekolah fleksibel dan sekolah ramah anak yang menyediakan materi pelajaran sesuai dengan bakat dan minat siswa. Seperti multimedia, materi literasi, projek membuat game, projek backpacker, dan lain sebagainya.
Dengan cara seperti ini, akan akan lebih bersemangat dalam menuntut ilmu. Sekolah bukan lagi beban. Tapi aktivitas yang menyenangkan karena siswa bisa belajar ilmu yang dia sukai.
Tidak hanya dari warga internal sekolah saja. Sekolah ramah anak juga harus mendapat dukungan dari berbagai pihak eksternal sekolah. Seperti orang tua siswa, warga di lingkungan sekolah, organisasi kemasyarakatan di sekitar, pengusaha, alumni, ataupun stakeholder lain yang bisa ikut berpartisipasi.
Semua harus berkomitmen untuk mewujudkan sekolah yang ramah anak. Agar bisa menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tanpa ada bekas rasa trauma karena kekerasan yang mereka dapatkan selama di sekolah.
Nah, itulah 6 indikator sekolah ramah anak. Semua sekolah ramah anak di Indonesia harapannya telah memenuhi 6 indikator tersebut agar bisa menjalankan sesuai fungsinya.
Leave a Comment