Saturday, 27 Jul 2024
  • Sekolah Pertama Menerapkan Agile Education Berbasis Kurikulum Aqil Baligh dan Fitrah
  • Sekolah Pertama Menerapkan Agile Education Berbasis Kurikulum Aqil Baligh dan Fitrah

Menumbuhkan dan Mengembangkan Bibit Unggul Melalui Pembelajaran Daring

             Pandemi Covid-19 membawa banyak perubahan pada aktivitas dan kebiasaan-kebiasaan hidup manusia selama ini. Salah satu yang tak luput mengalami perubahan adalah metode pembelajaran untuk para peserta didik. Bila dulu siswa harus datang ke sekolah untuk mengikuti pembelajaran tatap muka 5-6 hari dalam seminggu, maka sejak pandemi global melanda, nyaris semua negara mengubah metode pembelajaran yang sudah ada menjadi pembelajaran daring.

Indonesia termasuk negara yang ikut menerapkan pembelajaran daring kala itu. Bahkan ketika pandemi mereda, beberapa sekolah masih tetap mempertahankan sistem daring. Walau metode pembelajaran daring bersifat non formal, namun dengan penerapan yang benar ternyata hasilnya mampu mengimbangi bahkan melebihi sistem belajar tatap muka di sekolah.

Lantas, seperti apa sih sistem pembelajaran daring tersebut? Benarkan semua masyarakat Indonesia sudah merasakan dampak positif pembelajaran daring? Jangan-jangan aplikasi pembelajaran daring di Indonesia masih jauh dari kata ideal dan penerapannya belum seberapa layak. Semua pertanyaan itu akan dibahas komplit dalam artikel ini.

Definisi Pembelajaran Daring

Daring merupakan singkatan dari “dalam jaringan”, yang sebenarnya bisa jadi pengganti pemakaian kata “online”. Online sendiri berarti tersambung dengan internet. Jadi sederhananya pembelajaran daring ini adalah proses pembelajaran dalam bidang pendidikan yang dapat dilakukan dari jarak jauh dengan dukungan jaringan internet yang memadai serta perangkat penunjang lainnya.

Supaya lebih valid lagi, mari kita telusuri pendapat para ahli perihal arti pembelajaran daring:

1.      William Dabbagh dan Ritland

Kedua ahli ini mendefinisikan pembelajaran online atau daring sebagai sebuah sistem belajar yang bersifat terbuka dan tersebar dengan mengandalkan sejumlah perangkat pedagogi (alat bantu pendidikan), jaringan internet, aplikasi pembelajaran daring, teknologi berbasis jaringan lainnya guna memperlancar proses belajar.

2.      Kenji Kitao

Menurut pendapat Kenji Kitao, sistem pembelajaran daring merupakan proses pembelajaran yang melibatkan internet agar seluruh jaringan komputer di seluruh dunia dapat saling terkoneksi. Kenji menambahkan, bahwa online learning bukan hanya berkaitan dengan perangkat keras saja sebagai salah satu media belajar utama antara guru dan siswa, tapi juga sejumlah perangkat lunak yang mampu memuat jutaan data dalam bentuk grafis, voice, dan teks yang semuanya dapat diakses sewaktu-waktu.

3.      Bank Curtis J

Dari “kacamata” Bank Curtis J, metode pembelajaran daring adalah sebuah cara belajar yang sebagian besar mengandalkan teknologi internet serta perangkat pendukung seperti komputer, smartphone, bahkan mesin fax, sebagai media interaksi antara guru dan siswa yang tidak harus selalu bertatap muka.

4.      Jaya Kumar

Jaya Kumar mengemukakan pendapatnya secara singkat dan sarat. Menurutnya, pembelajaran online atau e-learning merupakan proses belajar yang memanfaatkan rangkaian elektronik seperti LAN, WAN, dan internet untuk tujuan berinteraksi, penyampaian materi, maupun bimbingan antara siswa dengan guru.

5.      Darin E. Hartley

Bagaimana pula dengan pendapat Darin? Darin berpendapat bahwa e-learning atau belajar daring ini adalah rangkaian proses tersampainya bahan ajar dari guru ke siswa menggunakan media internet, intranet, maupun jaringan komputer lainnya yang stabil.

6.      Rosenbreg

Tak jauh berbeda dari pendapat ahli-ahli yang lain, Rosenberg juga mengatakan pembelajaran daring merujuk pada pemakaian internet dalam rangka menyalurkan pengetahuan dari guru ke siswa serta meningkatkan keterampilan.

Dari pendapat seluruh ahli di atas, keterlibatan internet dan perangkat penunjang memang sangat menonjol sekali dalam sistem pembelajaran daring ini.

Perbedaan antara Sistem Pembelajaran Daring dengan Luring

Sebelum pembelajaran daring menjadi sebuah kebiasaan baru di bidang pendidikan saat ini, kita lebih dulu mencecap yang namanya pembelajaran luring. Luring sendiri merupakan singkatan dari luar jaringan. Dari sini setidaknya kita tahu bahwa ini merupakan sebuah konsep belajar yang bertolak belakang dengan daring.

Pembelajaran luring bisa kita sebut sebagai metode belajar konvensional dimana siswa dan guru saling bertemu muka secara langsung di dalam kelas/ruang belajar. Model pembelajaran seperti itulah yang selama berpuluh tahun diterapkan di Indonesia dari generasi ke generasi. Efektivitasnya diakui. Namun, pada kondisi-kondisi tertentu ini bukan gaya belajar yang ideal untuk siswa.

Kira-kira seperti apa saja perbedaan antara pembelajaran daring dan luring tersebut? Simak penjabarannya berikut ini.

Alat Penunjang Proses Belajar

Perbedaan pertama terlihat dari alat penunjang yang digunakan dalam proses pembelajaran antara kedua sistem tersebut. Pada pembelajaran daring, kita sangat bergantung pada gawai seperti komputer, smartphone, tablet, laptop, dan semacamnya. Ketersediaan jaringan internet dan aplikasi pembelajaran daring juga bagian yang tak boleh di-skip. Secara keseluruhan alat penunjang yang kita perlukan dalam metode daring memang lebih banyak berbasis teknologi.

Berbeda dengan proses belajar luring. Pada metode ini kita masih mengandalkan papan tulis, buku-buku, dan alat peraga. Keterlibatan komputer dan internet hanya sesekali saja atau bahkan tidak sama sekali.

Variasi Gaya Belajar

Dengan sistem daring siswa dan guru sama-sama akan mendapatkan pengalaman baru dalam hal belajar dan mengajar. Pada sistem luring, keaktifan guru dan siswa sangat timpang. Siswa cenderung pasif karena segala sesuatunya terpusat pada guru di depan kelas (teacher centered). Sehingga cukup sulit bagi guru membedakan antara siswa yang benar-benar menyimak dan paham dengan siswa yang menyimak tapi belum paham. Suasana belajar juga cenderung membosankan.

Sementara itu, pada metode daring, bahan ajar tidak melulu dalam bentuk text, melainkan gambar 3D hingga video-video menarik. Sehingga suasana belajar menjadi lebih asyik. Ketertarikan siswa pada apa yang ia lihat di layar komputer, merangsang rasa ingin tahunya jadi lebih dalam. Dengan begitu terbentuk suatu forum diskusi antar siswa maupun siswa dengan guru.

Tempat dan Waktu Belajar

Perbedaan lain yang tak kalah menonjol antara kedua sistem pembelajaran ini ialah tempat dan waktu belajarnya. Proses dari pembelajaran luring berlangsung di sekolah atau dalam kelas dengan jadwal pasti. Dari banyak sisi sistem ini memang cenderung kaku. Menjunjung tinggi formalitas. Sehingga siswa hanya bisa mengikuti segala sesuatu yang sudah terbentuk sejak awal.

Saran untuk pembelajaran daring. Sebaliknya, metode pembelajaran daring bersifat non formal dengan waktu dan tempat belajar yang fleksibel sekali. Siswa bisa belajar dari mana saja, bahkan dari atas tempat tidurnya sendiri, terpenting mereka mengaktifkan aplikasi pembelajaran daring. Ketiadaan formalitas membentuk sebuah interaksi yang luwes dan suasana belajar yang cair.

Cara Bersosialisasi

Praktik pembelajaran daring memang lebih banyak dilakukan dari rumah. Pada waktu-waktu tertentu bisa saja diselingi pertemuan tatap muka, namun pastinya tidak sering. Di sinilah yang sering menjadi masalah. Sebagian siswa bisa saja mengalami kesulitan bersosialisasi secara luring akibat jarangnya bertemu dengan teman-teman dan guru. Untungnya beberapa homeschooling yang menerapkan praktik pembelajaran daring, turut mengimbanginya dengan pertemuan tatap muka walau tidak melulu di dalam kelas. Bentuknya bisa berupa field trip, factory visit, maupun diskusi.

Dampak Positif Pembelajaran Daring dan Efektifitasnya

Di Indonesia, meski sistem pembelajaran online sudah bukan sesuatu yang terlalu baru lagi, namun faktanya tidak semua orang bisa menerima kondisi ini. Kemungkinan mereka gagal beradaptasi dengan sebuah perubahan atau boleh jadi belum merasakan dampak positifnya.

Memang, efektivitas pembelajaran online di Indonesia belum berhasil 100%. Akan tetapi sejauh ini tidak terlalu mengecewakan. Terbukti, siswa tetap mampu mendalami materi yang diberikan dan kapasitas pengetahuannya berkembang secara wajar sesuai tingkat usia.

Jika sampai kini Anda belum tahu apa dampak positif pembelajaran daring, poin-poin berikut ini mungkin akan membantu Anda:

  • Pemanfaatan waktu jadi lebih baik. Siswa dan guru sama-sama bisa mendiskusikan kapal jadwal belajarnya. Sehingga tak ada waktu yang terbuang sia-sia dengan alasan alpa karena ada urusan yang tak bisa ditinggalkan.
  • Ketersediaan waktu luang lebih banyak. Sebab tidak ada penyelenggaraan upacara bendera, senam kebugaran, atau jam istirahat yang biasa tercantum dalam jadwal sekolah luring. Metode pembelajaran daring meniadakan kegiatan-kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan mata pelajaran.
  • Di sekolah luring kita bisa belajar dari pukul 7 pagi hingga menjelang sore, namun lewat sistem daring hanya menghabiskan setengah hari saja. Ketersediaan waktu luang memungkin siswa melakukan kegiatan produktif lainnya seperti bekerja part time, meneruskan hobi, dan sebagainya.
  • Hemat biaya beli buku tulis dan buku pegangan. Hampir sebagian besar informasi yang dibutuhkan dapat kita cari di internet. Membacanya sekali duduk atau bahkan mengunduhnya secara gratis. Siswa tak lagi membutuhkan buku tulis dan pena terlalu banyak, sebab catatan apapun itu bisa dilakukan pada worksheet di aplikasi-aplikasi komputer.
  • Tidak perlu membeli seragam komplit. Karena sistem belajar daring bersifat non formal, maka seragam sekolah pun suatu hal yang baku untuk siswa miliki. Siswa boleh mengenakan pakaian sehari-hari selama sopan dan rapi.
  • Menumbuhkan sikap kemandirian.
  • Melatih keterampilan mengoperasikan komputer dan internet. Sehingga tidak gaptek terhadap perkembangan teknologi.

Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran Daring

Metode pembelajaran daring tidak terlepas dari sejumlah kendala. Tingkat kerumitannya tentu saja berbeda-beda pada tiap wilayah yang menyelenggarakannya. Beberapa kendala yang acap muncul, antara lain:

  • Koneksi internet yang lambat mengakibatkan aplikasi-aplikasi pembelajaran daring sulit bekerja sebagaimana mestinya. Sebut saja seperti Skype, Google Meet, dan Zoom.
  • Keterbatasan pada gawai. Sebagian orang terutama kelompok ekonomi middle-low masih menggunakan handphone biasa atau tidak punya komputer/laptop sama sekali. Padahal selain internet, smartphone atau laptop berperan besar dalam mendukung kelancaran proses pembelajaran daring.
  • Membutuhkan kuota paket datang yang lumayan besar. Video conference terbilang rakus menyedot kuota paket data kita. Ini memberatkan bagi sebagian orang yang daya belinya lemah.
  • Sampai saat ini masih banyak yang gaptek menggunakan smartphone dan komputer. Skill penguasaan teknologi yang terbilang lemah memang bakalan menyulitkan orang itu sendiri selama proses pembelajaran.
  • Sulit konsentrasi akibat banyaknya gangguan di sekitar rumah. Suasana di rumah tidak sama dengan di sekolah yang harus tenang selama proses pembelajaran berlangsung. Gangguan-gangguan di rumah seperti tayangan televisi, aroma masakan dari dapur, suara-suara anggota keluarga, jelas akan menganggu konsentrasi belajar siswa.
  • Tidak ada pengawasan dari guru maupun keluarga yang membuat siswa jadi lalai dengan tanggung jawabnya sebagai siswa.

Seperti itulah kiranya gambaran pembelajaran daring. Gebrakan baru di dunia pendidikan memang tidak mungkin langsung disambut positif 100%. Namun bila berkaca pada negara-negara maju yang sudah lebih dulu menerapkannya, metode ini tetap berpotensi kuat menciptakan bibit-bibit unggul baru. Semoga Indonesia mampu meniru hal yang sama dan kami Flexi School selalu siap untuk mengembangkan sistem pembelajaran daring ini guna memperbaiki kualitas pendidikan.

This article have

0 Comment

Leave a Comment